Chapter 68

73 19 14
                                    

Bukan Firaun
Chapter 68

"Kenapa sih lu, Mal? Udah susah-susah gua ngajakin mereka hidup bener, kok lu malah marah? Apalagi Katya. Lu emang gak kasihan sama dia?"

"Enggak." Akmal menjawab tegas.

"Laki bini sama aja, habis manis sepah dibuang." Hasani mulai lagi.

"Ya Allah, Vlad. Ya Allah ana bener-bener pingin ngelindes antum pakai ambulan. Jangan samakan persahabatan antum dan Hala dulu dengan hubungan antum dan Katya!"

"Dan lu juga."

"Jangan bawa-bawa ana, ana sudah mengubur masa lalu dan sebaiknya antum juga! Antum mau mengkhitbah akhwat besok. Masa antum malah bawa-bawa mantan? Astaghfirullah, ana yang kepinteran atau antum yang bego maksimal sih?"

"Katya bukan mantan guaaaa!"

"Kenapa antum jadi labil sih? Kemarin antum takut disamperin Katya lagi, sekarang kenapa antum malah bawa-bawa dia ke kampung kita?"

"Uuuh ... " Hasani gak bisa menjawab kalau dia ngambek ditolak nikah sama Katya, tapi sekarang ngambeknya sudah hilang.

"Tunggu! Tunggu! Jangan-jangan antum bukan vanish beneran, tapi lagi ngambek aja sama mereka." Yup, hampir tepat tebakan Akmal.

"Apaan sih? Gua emang pingin pulang kan? Kok lu sekarang malah jadi ngeraguin taubatan gua?" Hasani mengalihkan pembicaraan.

"Kalau taubat gak bakal kayak gitu! Tinggalin! Tinggalin semua! Tinggalin masa lalu! Tinggalin jejak-jejak dosa!"

"Gua sudah melakukannya, tato gua hapus, anting gua lepas, gua gak nyentuh miras, gak nyentuh rokok. Trus lu nuntut apalagi Mal? Mendadak gua jadi ikhwan sholeh ber-ana antum kayak elu?"

"Tarsaan! Tinggalin teman zina antum!" Akhirnya Akmal mengatakannya dengan kasar.

Suasana hening seketika. Parkiran pada dasarnya sepi namun bentakan Akmal membuat Hasani gak bisa berkata-kata.

Hasani membalikkan badannya meninggalkan Akmal.

"Vlad! Vlad maaf! Maaf! Ana minta maaf!" Akmal mengejarnya.

"Gua pikir lu orang yang paling ngerti perasaan gua! Ternyata lu sama aja seperti orang-orang di kampung kita. Merasa paling benar, merasa paling suci. Begitu aja melabeli orang dengan sebutan hina."

"Maaf, Vlad! Maaf, ana terpaksa mengatakannya biar antum sadar!"

"Jadi karena lu sudah hijrah, label Katya menjadi teman zina ya? Bagus! Bagus! Lu lupain aja kebaikan dia dan hanya mengingat keburukannya." Hasani berkata sambil jalan meninggalkan Akmal yang terus mengejarnya.

"Vlad, tunggu! Pembicaraan belum selesai! Okay-okay sekarang terserah antum mau berprosesnya gimana dalam berhijrah, tapi antum pikirin juga dong posisi ana. Tadi aja Katya udah mau peluk-peluk. Gimana dengan istri ana kalau tahu?"

Hasani akhirnya berhenti, "pindahkan kantor dari rumah Abah! Sempit kan di situ? Katya dan Borya mau invest juga. Lu jadi punya tambahan modal. Anak-anak bilangin gak usah ember ke Hala. Gampang kan?"

"Ana gak bisa terima uang Katya dan Borya buat usaha. Antum lupa kalau uang mereka haram?"

"Loh emangnya uang mantan klien lu gak haram? Emang ada uang pejabat dan pengusaha konglo yang halal?" Hasani ngebalikin.

"Beda, Vlad! Uang pejabat itu mungkin bercampur dengan riba, korupsi dan sebagainya, tapi kita kan gak tahu dengan jelas. Kita niatnya usaha halal. Beda dengan uang hasil rampokan. Total haram kita nerimanya."

"Emang gitu? Enak banget dong jadi pejabat dan pengusaha?" Hasani selalu salah mengambil hikmah.

"Kenapa ana jadi pusing ya ngomong sama antum? Antum kan udah ngaji. Harusnya kita nyambung kalau bahas ilmu."

Bukan FiraunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang