Chapter 46

104 29 22
                                    

Bukan Firaun
Chapter 46

Hasani menyetir mobilnya pulang dengan perasaan kosong. Pisau lipatnya masih ada sisa-sisa noda darah, tergeletak di atas dashboard mobilnya.

Di tengah perjalanan Hasani menghentikan mobilnya dan bengong sambil ngeliatin pisau lipat tersebut.

Apakah si Kumal mati?
Tapi kelihatannya tadi dia gak kenapa-kenapa.
Masih bisa berbuat banyak, berarti tusukannya tidak terlalu berpengaruh.

Hasani menumpukan kepalanya ke setir selama beberapa menit. Barulah dia kembali menjalankan mobilnya.

Didatangi rumah Abah untuk menanyakan perkembangan. Hasani melihat di depan kontrakan Shin sudah ramai dengan anak kampung.

Hasani tidak bisa menghindar karena mereka sudah melihatnya.

"Has! Mau ikut gak nengokin si Akmal?" Seseorang mengajaknya.

Hasani terpaku lalu melihat di antara mereka berdiri Shin yang mengamatinya dengan pandangan dingin.

Ikhwan B menghampiri Hasani.

"Has! Kita semua mau nengokin Akmal di kantor polisi. Ngasi dukungan lah! Sekalian mau protes, kok dia belum dilepas juga, padahal polisi salah tangkap kan?" Nyerocos aja dia.

Belum Hasani merespon, Shin berteriak.

"Dia gak bakalan mau. Dia yang bikin Bang Akmal gak bisa keluar."

Semua langsung menjadi ribut. Hasani ingin meninggalkan kerumunan namun Shin menghampiri dan menahan pundaknya. "Eh mau ke mana lo? Sini lo!"

"Gua gak ada urusan sama lu!" Hasani menepis tangan Shin.

Shin menarik Hasani dan menonjoknya, tentu saja Hasani langsung membalas. Dalam sekejap mereka berdua pukul-pukulan, dipisahkan oleh semua yang menonton. Tetangga mulai berdatangan mendengar ada keributan.

"Orang ini! Nyekap gue dua hari. Ngancam Bang Akmal agar menceraikan istrinya. Bikin Abang gue jadi ditahan polisi. Jangan tahan gue sebelom gue puas ngehajar dia!" Shin berteriak.

"Lo punya pistol, lo dan si Kumal cuma penipu, rampok, emang seharusnya ditahan polisi. Lo yang harusnya keluar dari kampung ini! Elu yang bikin kacau kampung sini!"

"Abang gue udah tobat, Abang gue udah sah nikah sama istrinya. Lo gak ada hak untuk ikut campur urusan mereka. Mau mantan rampok kek, mantan model atau mantan setan, istrinya Bang Akmal udah nerima masa lalu dia. Kenapa jadi lo yang ribet ngurusin mereka? Bilang aja lo mauin istrinya Abang gue. Fuck you! Sok alim padahal cuma perebut istri orang."

"Bukan cuma gua yang mau mereka cerai. Abah Nur juga. Orangtua mana yang redho anaknya dinikahin sama rampok?"

"Soalnya elo yang nyetanin Abahnya Hala. Elo yang mempengaruhi! Gak usah banyak bacod! Biarpun Abang gue di penjara seratus tahun juga, jangan harap lo bisa nikah sama Hala! Dia gak mau sama elo, gak akan pernah mau!"

"Stop! Stop!" Ikhwan C berteriak.

"Semua bisa dibicarain baik-baik. Ya Allah malu ini, masa ada masalah, teriak-teriak di pinggir jalan gini? Kasihan Abah kan? Masalah keluarga dia jadi ketahuan kemana-mana gini."

"Hasani, Shin! Masuk kalian ke dalam!" Abah tiba-tiba muncul.

Shin menggelengkan kepalanya tegas.

"Maaf Abah, saya belum lupa." Shin terus menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Shin, gua mau ngomong!" Abah membujuk.

Shin menarik ikhwan B, "saya ikut ke dalam, tapi Badran ikut." tawar Shin.

Bukan FiraunWhere stories live. Discover now