Chapter 117 Final

163 22 40
                                    

Bukan Firaun
Chapter 117

Akmal menelepon Hasani tidak diangkat. Akmal menelepon Shinichi juga tidak diangkat.

Akmal menelepon Borya.

"Hala kenapa lagi?" Borya langsung bertanya.

"Kenapa sih harus nanyain bini gue? Bikin kesel aja lo!" Akmal langsung menyemprotnya.

"What the ... aaaaaah #*vwoegvxjjah." Borya memaki memakai bahasa Inggris, Rusia, Bali, lalu sambungan dimatikan.

Akmal memaki di pinggir jalan, membuat beberapa orang minggir ketakutan kecuali beberapa cewek yang demen dengan cowok memaki (emang ada ya?).

Akmal kembali menelepon, diangkat lagi.

"Yaro, titip salam ya buat Hala, bilang dia, kalau jadi janda, nomor gue masih sama." Borya langsung berkata super santai.

"Lo kepengen mati?"

"Gue pengen bini lo Ha Ha Ha."

"Boryaaaaa!"

"Ya?"

"Becanda kan lo?"

"Daripada gue dituduh-tuduh terus sama lo, mending gue kabulkan tuduhan lo itu. Siap-siap aja ya, bakal gue gangguin bini lo."

"Silahkan aja, Hala gak bakalan mau sama kriminal macam lo."

"Kan gue bisa tobat, weeeek!"

"Wkwk lo tobat? Gak mungkin banget."

"Emang lo doang yang bisa acting? Gue juga bisa. Pake gamis? Ngomong ana antum? Ngibulin orang satu kampung? Emangnya lo punya kemampuan seperti itu siapa gurunya? Jangan jadi kacang lupa kulit Yaroooo. Kalo lo gak ketemu gue dan Katya, lo cuma jadi sampah di pinggir jalan ngelem dan dipake sana sini sampe berdarah-darah pantat lo." Borya semakin emosi.

"Jadi lo ngaku kalau demen sama bini gue? Iyakan? IYAKAN?"

"Terus kalo iya kenapa? Gue pasang bug di seluruh rumah lo, kemanapun Hala pergi gue bisa tau. Gue bisa intip melalui kamera satelit berbayar. Tembus genteng, tembok, dan apapun yang menghalangi. Duit gue banyak, gue bisa bawa Hala ke luar negri. Lo tau kan kemampuan gue mengelabui emigrasi? Amerika aja bisa gue tembus, apalagi cuma Asia. Lo bisa ngibulin satu kampung? Gue bisa ngibulin kementrian. Jadi jangan macam-macam lo sama gue! Kalau gak pingin Hala gue gangguin, kasi respect gue sebagai senior!" akhirnya Borya mengeluarkan uneg-unegnya selama ini.

"Ehem, berarti lo cuma nakut-nakutin gue kan? Gak mungkin lah lo segitunya sama bini gue. Inget gak? Hala kan cuma cewek kampungan! Gak worth it dia lo kejer-kejer." Akmal akhirnya jiper juga.

"Gue rekam ya omongan lo! Gue kirim ke Hala biar dia tahu pendapat suaminya yang jelesikopat."

"Jelesikopat? Emang ada kata itu?"

"Gue yang nyiptain, wkwk. Lo itu jelesikopat, cemburuannya kelewatan, jijik gue jadinya."

"Ehem, afwan Borya, ana tadi cuma acting aja haha, kangen kan antum berantem sama ana?" mendadak Akmal merubah intonasi.

"Afwan jiddan Muhammad Akmal, ana juga kangen memaki dengan antum, syukron sudah memuaskan keinginan ana." Borya menjawab tak kalah santun.

"Hueeeek, jangan ngomong kek gitu lagi lo!" Akmal beneran pingin muntah.

"Kenapa akhi? Emangnya cuma akhi yang boleh ngomong seperti itu? Memangnya kalau ana gak boleh? Hala aja bilang, katanya ana pantas pakai gamis. Nanti ana mau beli yang banyak aaaaaah."

"Boryaaaaaa!" Akmal menjerit.

"Afwan akhi, ada apa?" Borya makin ngeledek.

"Stop it!"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 31, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Bukan FiraunWhere stories live. Discover now