p e n u t u p

240 19 94
                                    

2 Tahun kemudian

Acara kelulusan SMA Trijaya, mei.

Sorak sorai kemenangan, euforia tanpa jeda, kebahagiaan tiada tara, dan ketakutan baru untuk jalan kedepannya menjadi perasaan yang memenuhi setiap celah SMA Trijaya hari ini.

Aku berada ditengah-tengah mereka semua. Mereka yang tengah merayakan kelulusannya, mereka yang tengah bergembira, mereka yang membuat hiruk piruk ini semakin nyata.

Bibirku terus menyunggingkan senyum, hatiku tak henti-hentinya mengucap syukur. Karena, pada akhirnya, aku bisa sampai di titik ini.

Wanita di depanku masih asik berfoto, sesekali ia mengarahkan kameranya padaku, memotretku untuk yang kesekian kalinya. Tiba-tiba wanita lain datang, bergerak memelukku dan wanita yang tadi tengah berfoto.

"Wanda, selamat ya," Ucapku tulus.

Wanda melepaskan pelukannya, tersenyum senang kemudian mengangguk.

Wanita yang kini sudah menyamai tinggiku itu tersenyum bahagia.

"Cie, lulusan terbaik tahun ini, ciee..."

"Apasih Ratna!"

Wanda memukul bahu Ratna pelan, kemudian beralih mengambil kamera yang berada ditangan Ratna untuk mengambil foto bersama.

"Tapi tetep aja, walau lulusan terbaik gue nggak lolos snm kaya San.."

Wajahnya yang tadi terlihat cerah perlahan berubah murung, bahunya turun.

Aku mencubit pipi Wanda pelan, "Nggak boleh gitu Wanda, belum rezekinya aja, pasti lolos deh di sbm, semangat ya!"

"San!!"

Aku melepaskan tanganku dari wajah Wanda, segera berbalik badan karena mengenali suara yang baru saja meneriakkan namaku dengan kencang.

Senyumku bertambah lebar saat melihatnya berlari ke arahku meski dengan kebaya yang terlihat merepotkan itu, ia menjatuhkan diri dalam pelukanku.

"Happy Graduation!"

"Happy graduation juga Dina!"

Aku melepaskan pelukannya, segera menariknya untuk berfoto bersama karena sejak awal acara kami tidak bisa bertemu sebab sibuk berfoto dengan kelas masing-masing.

Ya, dua tahun memang sudah berlalu, terasa begitu cepat, dan begitu banyak yang berubah, tapi kami masih tetap kekanakan, masih suka bercanda dan tertawa untuk hal-hal yang tidak penting, menganggap masalah bukanlah apa-apa dan semua bisa dilalui.

"Eh Dina, lo juga ikut sbm ya? Di Univ yang sama kaya San?" Wanda bertanya, tapi tangannya masih sibuk melihat-lihat foto hasil jepretannya.

"Iya, Wanda ambil dimana?"

"Ada lah, rahasia, hehe, jauh pokoknya."

"Ih, enak dong kalau Dina nanti diterima kalian berdua satu kampus," Ujar Ratna antusias.

"Iya, doain gue ya."

"Duh, ciwi-ciwi lagi ngapain nih kumpul gini?"

Aku menoleh, sedikit terkejut karena seseorang mengalungkan tangannya dibahuku secara tiba-tiba. Ratna dan Wanda langsung melotot, tapi tak pelak jadi menggoda juga melihatnya, sedangkan Dina sudah geleng-geleng kepala dengan kelakuan laki-laki di sebelahku.

"Kepo lo!" Sungut Ratna tak santai.

"Aman kali pacarnya, takut amat, nggak diajak ghibah kok." Dina bahkan sudah pintar menggodaku sekarang.

AWAS JATUH, SAN! (√)Where stories live. Discover now