b a g i a n d u a p u l u h d e l a p a n

88 18 66
                                    

Suasana kantin indoor Trijaya setelah upacara pembukaam turnamen sepak bola antar sekolah tidaklah seramai biasanya. Karena hari ini, para siswa lebih memilih menggunakan kantin outdoor yang terletak di sebelah lapangan utama sehingga lebih mudah menonton penampilan yang disuguhkan diacara pembukaan ini.

Aku menyilangkan kakiku, mencari posisi yang nyaman untuk kembali melanjutkan kegiatanku. Kini, aku tengah membaca buku 'Paradigma' karya Syahid muhammad yang baru saja dibelikan ayah.

Sedang asyik menyelesaikan dua bab terakhir dari buku yang sudah kubaca ulang beberapa kali ini, tiba-tiba seseorang mengisi tempat duduk yang kosong di hadapanku.

Aku menutup buku di pangkuanku kemudian mengangkat kepalaku yang sejak tadi tertunduk, fokus membaca buku.

  Aku langsung memasang tampang tidak suka begitu melihat Aksara yang kini mengisi bangku kosong yang satu meja denganku. Aku tidak minat menyakan alasannya memilih bangku tersebut sehingga aku kembali membuka bukuku dan lanjut membacanya.

"Halo, San."

Aku tidak menghiraukannya. Aku kembali membalik halaman.

"Kok sendirian aja?"

Aku masih mendiamkannya, membiarkannya bicara sendiri sampai lelah.

"San, kok gue diucekin?"

Aku memejamkan mataku, tidak bisa fokus membaca ketika seseorang terus mengajakku berbincang.

"San.." Aksara merengek, membuatku ingin menimpukkan buku ditanganku ke kepalanya, tapi kutahan karena bisa bahaya jika ada ibu kantin yang lihat dan melaporkanku ke pihak sekolah, kekerasan di area sekolah.

"Apa sih?" Tanyaku masih tetap mencoba fokus kepada buku di pangkuanku.

"Seru banget ya bukunya?"

Aku berdecak, lantas menutup bukuku kemudian mengangkat kepalaku, menatapnya tidak suka.

"Ada perlu apa sih?" Tanyaku tidak bersahabat.

"Nggak ada, pengen aja duduk di sini. Boleh kan?"

Aku mengangkat sebelah alisku, "Yang punya kantin bukan gue kali."

Terdengar suara tawa Aksara setelah aku mengucapkan hal itu. Aku memandangnya tidak mengerti.

"Lucu banget sih lo." Katanya tidak nyambung.

"Apa sih?"

Aksara berdeham, dia beralih menopang dagunya dengan tangan kanannya, menatapku lekat.

"Suka baca buku ya?"

Aku memutar bola mataku, dia bukan hanya mengganggu waktu bacaku yang sudah susah-susah aku dapatkan. Sekarang dia mulai bertanya-tanya kepadaku.

"Jawab dong San."

"Suka."

"Itu buku apa yang lagi lo baca?"

"Kepo."

"Seru ya bukunya?"

"Ya."

"Udah mau selesai ya bacanya?"

"Ya."

"Suasana sepi gini enak ya buat baca?"

"Ya."

"Sudah lama ya di sini nya?"

"Ya."

"Suka sama gue ya?"

Aku menatapnya kesal. Dia kira aku bisa dibodohi apa dengan pertanyaan seperti itu? Aku menatapnya tidak suka. Kemudian kembali membuka bukuku, mengabaikannya yang terlihat kecewa.

AWAS JATUH, SAN! (√)Where stories live. Discover now