b a g i a n s e m b i l a n b e l a s

112 26 24
                                    

Aku hanya melamun menunggu lampu dimatikan, saat tiba-tiba seseorang mengisi kursi di sampingku, ah kukira kosong. Orang itu tidak sengaja menyenggol kakiku dengan sepatunya.

"Eh, maaf.." katanya.

Aku meneguk ludah, takdir bisa tidak berbaik hati sedikit kepadaku. Ku mohon, semoga dia tidak sadar.

"Lo?!"

Dina menggoyangkan tangan kananku kemudian menarik telingaku mendekatinya.

"Siapa?" bisiknya.

"Leo.." aku balas berbisik.

Aku menoleh ke arah Leo, yang kini duduk di sebelah kiriku, dia menatapku penuh curiga. Aku meletakkan telunjukku di depan bibir, tanda agar dia tidak berisik dan memancing perhatian sekitar.

"Lo ngikutin gue ya?" tanyanya menyelidik.

Aku mendorong keningnya dengan ujung ponselku agar wajahnya menjauh.

"Gue nggak tahu itu tempat lo, Dina yang pesan tahu!"

Leo menatapku tidak percaya, aku balas menatapnya sengit. Kalau tatapan benar-benar bisa menusuk, aku dan Leo pasti sudah saling membunuh sekarang.

Lampu dimatikan. Aku melengos, kembali menoleh ke depan. Aku bahkan menarik tanganku agar menjauhi sandaran. Jaga-jaga kalau pergerakannya tidak terprediksi dan menimbulkan ketidaksengajaan.

Hari ini kenapa semuanya terasa tidak memihakku sih?!

Film akhirnya diputar. Aku memfokuskan perhatianku kepada film di layar. Berbeda dengan Leo yang sibuk dengan ponselnya sejak awal, sepertinya sedang membalas pesan seseorang. Terdengar helaan napas keras darinya, mungkin janjinya dengan sedeorang dibatalkan?

Aku menggeleng, kembali fokus ke depan meski tanganku tidak bisa diam, memainkan case yang terus aku lepas pasang dari ponselku.

Aku menyeka air mataku yang turun saat film pada akhirnya selesai. Kebiasaanku setiap menonton film, pasti menangis, baperan. Aku menunduk selama beberapa saat, kemudian menarik Dina untuk segera keluar dari studio. Malu kalau sampai dilihat orang menangis seperti ini.

"Akhirnya sedih.." Ucap Dina begitu kami melangkah ke parkiran.

"Iya,"

Aku menengadah, menahan air mata yang hendak keluar. Namun, pertanyaan Dina selanjutnya berhasil membuat jantungku berdetak tidak tenang.

"Eh, San, karcis parkir ada di kamu kan ya?" tanyanya seraya memeriksa isi slingbagnya.

Aku terdiam sesaat, ikut memeriksa isi slingbagku.

"Memang ya?"

"Iya, tadikan aku kasih kamu,"

Aku kembali memeriksa isi slingbagku, tidak ada. Dina menatapku horor, kami kembali memeriksa saku baju dan slingbag masing-masing.

"Eh, biasanya kamu taruh barang di case, bukan?"

Aku melotot, benar! Aku ingat, tadi Dina memberikan karcisnya kepadaku, lalu kuletakkan di case ponselku setelahnya. Aku langsung membuka case ponselku dan memeriksanya. Nihil. Aku jadi panik, menatap Dina dan ponselku bergantian. Mencoba mengingat-ingat sesuatu.

"Din,"

"Apa?!"

"Ko nggak ada.."

"Mana aku tahu?!"

"Masa hilang?!"

Dina mencubitku, "Ya kan tadi di kamu?!"

Kami mencoba tenang dan kembali memutar jalan, mencoba mencari di lantai, takut-takut terjatuh saat keluar dari bioskop barusan.

AWAS JATUH, SAN! (√)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin