b a g i a n t i g a p u l u h l i m a

94 16 55
                                    

Aku menatap punggung Ratna dan Wanda penuh kekesalan. Aku sangat kesal sekarang, karena mereka memaksaku untuk ikut ke kantin padahal aku lebih suka berdiam diri di kelas. Melihat wajahku yang belakangan ini semakin murung dan sering melamun, Ratna dan Wanda memutuskan tidak melepaskan pandangan mereka dariku, hingga memaksaku untuk ikut mereka keluar kelas.

"San, lo mau pesan apa?" Ratna berbalik, bertanya padaku.

"Lo harus makan yang banyak San, biar kuat melamun lebih lama lagi."

"Lo bener juga Wan, oke San lo harus makan yang banyak."

Aku mendengus kesal, berjalan mendahului mereka kemudian mendudukkan diri di bangku yang kosong. Mereka berdua mengikutiku, memilih duduk di depanku.

"Gue bakso aja," Kataku tanpa minat.

"Hm? Dua porsi ya?"

"Wanda, gue nggak sekelaparan itu."

"Muka lo kaya gitu tahu, iya kan Rat?"

"Hm, bener."

Aku menggeleng, tidak habis pikir dengan mereka. Sejak pagi sepertinya mereka sengaja membuat aku kesal dan ingin melihatku mengomel.

"Lo mau apa Wan?"

"Hm, gue mau siomay deh Rat."

"Oke, gue bakso juga deh, jadi lo antre siomay sama beli minum ya Wan?"

Wanda mengangguk, mengiyakan perkataan Ratna yang sudah menghilang, berlari menuju antrean bakso yang mulai mengular.

"Baik-baik lo di sini," Pesan Wanda, kemudian ikut pergi, memesan siomay yang antreannya tidak kalah panjang dengan bakso.

Aku merogoh saku rokku, baru ingat kalau aku meninggalkan ponsel di kelas. Mendesah pelan, aku memilih diam dan tidak melakukan apa-apa. Menjadikan latar kantin yang ramai sebagai musik yang lebih baik daripada kesunyian.

Seseorang mengisi bangku di hadapanku, menyangga kepalanya dengan tangan, menatapku seperti anak kecil yang diberi permen.

"Halo, San."

"Gue lagi nggak mood diganggu Aksara."

Aksara yang duduk di hadapanku tertawa.

"Kapan sih lo mood gue gangguin, ngeliat muka gue aja kayaknya udah enek banget."

"Lo tahu tapi masih aja gangguin."

"Udah lama nggak ketemu loh San."

Aku memutar bola mataku, kesal. Meladeni Aksara tidak akan ada habisnya, dia hanya ingin melihatku kesal. KENAPA SEMUA ORANG INGIN MEMBUATKU KESAL SIH?! Padahal aku sedang kesal, pusing, dan malas melakukan apapun. Perasaan sialan, Menyusahkan.

"San, main game yuk."

Aku menatap Aksara tidak habis pikir, makhluk macam apa sih dia sebenarnya. Selain itu, apa tujuannya menggangguku? Mengganggu orang yang tidak pernah ia kenal secara baik.

"Nggak," Tolakku tanpa berpikir.

"Lo pasti bosen deh nungguin temen lo lagi pada pesan, tuh antrean masih panjang."

"Lo mata-matain gue ya?!"

"Kalo iya lo mau apa? Sini gigit sini."

Aku menghela napas kasar, hampir saja menjambak rambutnya sekuat tenaga. Aksara menatapku menantang.

"Ayo San, Ayo."

"Apa sih, nggak mau."

"Yakin lo nggak bakal bosen?"

AWAS JATUH, SAN! (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang