b a g i a n d u a p u l u h l i m a

79 19 26
                                    

Leo: San, dah bangun?

San: udah di sekolah Le..

Leo: gimana semalam, berhasil mimpi jadi selain manusia?

San: gagal Le:(

"San.."

Aku yang tadinya ingin melanjutkan langkah menuju kelas kembali berhenti, aku memasukkan ponselku ke saku. Menoleh kepada Dina yang terdiam di depan pintu kelasnya.

"Kemarin kamu janjian sama siapa?"

"Le-o," jawabku tanpa suara.

Dina mengerutkan keningnya, bukan karena tidak paham melainkan tengah memikirkan sesuatu.

"San."

"Hm?"

Dina menghembuskan napas, kemudian menggeleng.

"Ada apa, Din?"

Dina nampak memikirkan sesuatu, ia melangkah mendekat ke arahku.

"Awas jatuh, San.." Peringatnya.

Aku tertegun, tidak menjawab perkataannya. Dina tersenyum, menepuk pundakku beberapa kali kemudian memasuki kelasnya. Meninggalkan aku yang masih mematung karena mungkin, terlambat untuk mengiyakan peringatan Dina.

"San!"

Aku tersentak, berbalik badan karena dari sanalah asal suara yang meneriakkan namaku tadi. Saka dan Wanda berdiri sekitar satu meter di depanku, raja dan ratu terlambat itu datang lebih awal pagi ini, dan bersama. Aku melambaikan tangan ke arah mereka. Sedikit lebih lama ke arah Saka yang tadi meneriakkan namaku.

"Hai." Saka menyapa.

Aku tertawa, Saka dan Wanda menatapku aneh.

"Kenapa sih San? Receh banget,"

"Itu, Saka tadi seolah-olah nyebut nama panjang gue.."

Saka dan Wanda terlihat semakin bingung.

"San, Hai.."

Wanda menggeleng, mungkin tidak habis pikir dengan selera humorku yang sangat jongkok. Mereka berjalan mendekatiku.

"Ayo ke kelas," Ajak Wanda.

Aku mengangguk, hendak berbalik dan berjalan ke arah tangga. Tapi Wanda masih belum beranjak, membuat aku kembali menghentikan langkahku.

"Ingat ya Sak, nanti jenguk Tomi pulang sekolah!"

Aku kembali berbalik, melihat Wanda tengah berkacak pinggang. Saka meringis kemudian mengangguk.

"Ingat juga Sak, kita mau jenguk Tomi, jangan bawa-bawa Raya!"

Aku mengernyit mendengar nama Raya yang baru Wanda sebutkan, siapa Raya? Ada apa dengan Raya? Kenapa tidak boleh di ajak? Apakah ia bukan bagian dari mereka bersepuluh?

Kulihat Saka hanya mengangguk, Wanda menggelengkan kepalanya, seperti tidak percaya dengan jawaban Saka.

"Pacar juga harus tau waktu kali Sak.."

"Iya, Wanda."

Wanda menoleh ke arahku, "Iya kan, San?"

Aku yang ditanya mendadak seperti itu jadi terkejut, aku tidak langsung menjawab, menatap mereka berdua bingung.

"Apanya?" Tanyaku.

"Pacar juga harus tau waktu, jangan maunya ngintilin terus," Aku tahu pasti kalau sindiran itu ditujukan untuk Saka yang kini hanya diam.

AWAS JATUH, SAN! (√)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz