Aku menatap jam dinding di kamarku, menghela napas untuk yang kesekian kalinya.
Aku kembali membuka roomchat ku dengan Leo, menatap namanya penuh kekesalan. Iya, kesal.. Aku masih tidak dibiarkan mengerti soal kejadian di sekolah tadi, aku bahkan tidak berani bertanya kepadanya, karena aku takut. Bagaimana kalau sebenarnya kejadian Aksara mencariku dan Leo yang menghubungi Gofar itu tidak ada kaitannnya? bagaimana kalau kebohongan Saka juga tidak berarti apa-apa?
Mataku membola sempurna saat melihat pesan yang baru saja masuk, dari Leo. Otomatis langsung mendapat laporan terbaca karena aku tengah berada di roomchatnya. Memalukan! Pasti dia kira aku tengah menunggu pesannya atau tengah membaca ulang pesan-pesan lama darinya.
Lagipula, kenapa Leo tidak istirahat saja setelah bertanding di semi final tadi? Kenapa repot-repot membuat jantungku melompat dengan kurang ajarnya?!
Aku memukul kepalaku dengan ponsel, bisa-bisanya aku mempermalukan diri sendiri. Tapi, sudah terjadi juga, daripada membiarkan pesannya tetap dalam laporan terbaca, aku memilih mengetikkan balasan.
Leo: San
San: knpa
Leo: tadi di sekolah ada tugas apa aja?
Aku mendengus kesal. Jadi dia datang karena butuh informasi dariku ya? Kenapa tidak tanya Senja? Kenapa harus tanya aku? Ha!
San: gda
Leo: kl besok?
San: Kimia
Leo: oh gue udah itumah
Nggak nanya dan nggak mau tahu! Tapi, apa tidak terlalu sombong membalasnya dengan pesan seprrti itu? Tapi kenapa dia mengesalkan sekali? Kenapa hanya membaca pesan darinya aku sekesal ini?
Pesan darinya kembali masuk, tidak langsung kubuka, kubiarkan ponselku begitu saja. Aku membalikan badan, menatap langit-langit kamarku, tapi aku segera memejamkan mataku begitu melihat wajah Leo yang muncul di langit-langit kamarku, mengesalkan. Kenapa wajahnya bisa muncul di sini?! Mataku bukan proyektor he?!
Merasa sudah diam cukup lama, akhirnya aku putuskan untuk membalas pesannya.
Leo: jam berp sekarang San?
San: 7 mlm
Leo: Ingat ga waktu lo pulang dari rumah Nia? Ketemu gue dimana?
San: Seberang tukang bakso
Aku ketar-ketir menunggu balasannya, Leo baru saja membaca pesanku, tapi belum ada tanda-tanda ia mengetikkan balasan.
Nafasku tercekat saat membaca pesannya yang tiba-tiba masuk ketika aku baru membuka aplikasi orange ku. Aku membaca pesan itu sekali lagi, masih belum berubah, berarti aku tidak salah baca ya? Mencoba tenang, aku membuka pesannya dari bar notifikiasi ponselku.
Leo: 10 menit gue tunggu di sana ya? Gue berangkat.
Pipiku memanas. Aku segera bangkit dan menatap cermin, melihat pantulan diriku sendiri. Masih dengan baju tidur yang melekat di tubuhku, aku turun dari kasur dan mengetikkan balasan random kepadanya.
San: ha? Apa?
Aku membuka lemari pakaianku, menatap semua pakaian milikku. Aku memutuskan segera mengganti pakaianku setelah memilih celana jeans dan sweater lavenderku.
Aku kembali membuka ponselku setelah memoleskan liptint dan memastikan rambutku tergerai dengan apik. Ada pesan balasan dari Leo.
Leo: cepetan di tukang bakso y. Gue udah di jalan.
ESTÀS LLEGINT
AWAS JATUH, SAN! (√)
Novel·la juvenilPadahal semuanya bisa jadi lebih mudah kalau waktu aku jatuh ke kamu, kamu tangkap aku.