b a g i a n e m p a t

214 60 23
                                    

"Ibu sore ini kakak pulang telat ya, mau ke Sentosa," ujarku saat mendengar langkah kaki memasuki dapur.

"Bu, kaka mau keluyuran ni nanti sore!"

  Aku melotot, hampir saja menjatuhkan pisau buah ditanganku karena seruan Ayah barusan. Aku baru saja di fitnah, dan kalau Ibu sampai tidak percaya aku memang mau ke Sentosa sore ini, aku akan menyalahkan Ayah sepenuhnya.

"Musim hujan, mau nyari makan kemana kak?!"

  Aku memijat pelipisku, kan benar aku dicurigai. Tentu maksud ibu mencari makan adalah jajan bersama Dina kemanapun aku mendengar info ada makanan enak. Ah iya, aku dan Dina sangat suka bakso.

"Bukan mau jajan, bohong ayah tuh! Kakak mau ke Sentosa," Aku menancapkan pisau ditanganku ke apel yang kuletakkan di piring.

  Ibu merangkulku tiba-tiba, membuatku yang tidak memprediksi kedatangannya hampir saja terdorong kedepan. Ayah masih di meja makan, menyantap sarapannya yang porsinya saja bahkan tidak lebih banyak dari makan siangku. Tapi hobi Ayah soal cemilan membuat ukuran tubuhnya tidak usah diragukan lagi, hushh.. Jangan kasih tahu aku membicarakan ayah!

"Mau ketemu siapa ke Sentosa?"

  Itu bukan pertanyaan, Ibu sedang menggodaku, bahkan alisnya naik turun saat ini. Aku melepaskan rangkulan Ibu, menatapnya malas, siapa yang bilang bahwa masa lalu bukan untuk diingat-ingat hah? Kenapa sekarang Ibu seperti lupa nasehat apa saja yang sudah ia berikan kepadaku?! Apa ini karena anak ketiganya itu?!

"Ketemu anak pramuka lah, not him"

  Ibu hanya tertawa melihatku semakin kesal, kemudian berlalu menyusul Ayah yang sudah siap berangkat kerja. Aku cepat-cepat membereskan bekalku dan menyusul mereka, aku yakin Dina sudah menunggu.

"Kakak berangkat" seruku setelah meyalami kedua orang tuaku, tidak lupa kecupan singkat ibu setiap pagi.

^°^
 

Aku nggak tahu kenapa aku sama Wanda bisa jadi lebih dekat setelah hari itu. setelah dia sempat membahas Saka dengan aku tempo hari. Aku juga nggak tahu kenapa Saka akhirnya menyimpan kontakku. Aku sepertinya emang nggak tahu banyak hal bahkan tentang diriku sendiri.
   Hari ini di sekolah nggak ada hal yang menarik buatku, semua berjalan biasa saja, ya memang apa sih yang aku harapkan terjadi? Ah, aku sudah terlalu banyak diracuni oleh cerita-cerita cinta masa SMA yang terlampau indah, aku hampir lupa berpijak pada tanah. Memang nggak ada yang menarik, hanya ada pengumuman besok akan diadakan gerak jalan untuk memperingati 17 Agustus. Dan, bagian yang paling mengesalkan, semua siswa diwajibkan hadir, padahal aku berniat tidur saja dirumah atau menyaksikan lomba yang diadakan oleh anak karang taruna di daerahku, tidak, itu belum menjadi yang paling menyebalkan sepertinya, karena bagian yang membuatku mendidih adalah banyak anak lelaki kelasku yang mendadak izin untuk besok, mulai dari jadi panitia lomba di rumahnya, ingin pergi, dan.. entah kenapa aku ingat percakapan dengan Leo tadi, meski aku tidak sepenuhnya peduli tapi itu cukup membuatku berpikir.

"Besok gue nggak bisa ikut,"

  Aku menghembuskan nafas kesal, dia adalah orang kelima yang bilang tidak bisa hadir besok, dan itu akan merepotkanku sebagai sekertaris kelas yang akan dimintai pertanggung jawaban, kenapa bukan ketua kelas ha?!

"Kenapa?" tanyaku, sungguh tidak bersahabat.

"Nggak bisa,"

"Sumpah ya, kasih alasan yang jelas, jangan bikin nambah kesel deh.."

  Dia menggaruk dahinya, yang aku yakin tidak gatal sama sekali, dia membuatku bingung.

"Gue mau ke rumah sakit besok,"

AWAS JATUH, SAN! (√)Where stories live. Discover now