b a g i a n d u a p u l u h t i g a

92 20 31
                                    

"I lay in tears in bed all night, Alone without you by my side.."

"But If you loved me
Why did you leave me.."

Aku menoleh, tersenyum, seperti menemukan sesuatu sebagai hadiah, hadiah yang mengejutkan dan terlampau membuatku senang. Seperti anak umur lima tahun yang baru saja dibelikan mobil mainan.

"Take my body.."

"Take my body.."

Aku tidak melanjutkan lirik yang ia lafalkan, sibuk dengan deguban jantung yang semakin menggila, menggedor-gedor seperti minta di keluarkan dari tahanan. Kesalku, risauku, menguap entah kemana, berganti perasaan terkejut dan senang yang tidak bisa dijelaskan. Hanya dengan melihatnya, perasaanku menjadi tidak karuan.

"Kenapa kaya kaget gitu?" Tanyanya.

Aku tidak sanggup menjawab, masih menatapnya yang kini mengisi ayunan kosong di sebelahku.

"Harusnya gue yang kaget, lo sudah mirip kuntilanak, gelap begini, rambut panjang, baju putih, hayo.."

Mirip kuntilanak. Aku kesal, tapi aku tertawa, bersamanya adalah kesal yang berbeda. Kesal yang membuatku senang. Tidak bisakah ia yang bertanya 'Bisa kita menjadi mengesalkan bersama-sama' hm?

"Lo cepat hafal lirik lagu ya?" Dia kembali bertanya, padahal sejak tadi aku tidak menjawabnya.

"Lagunya enak, kan?"

Aku hanya mengangguk, jantungku semakin menggila. Kulihat dia tersenyum, mulai mengayunkan kakinya.

"Ngapain di sini?"

"Duduk,"

"Lo belajar ngeselin darimana sih, San?"

Aku tertawa mendengar pertanyaannya. Dia harusnya tahu kalau aku juga sangat kesal setiap mendengarnya berbicara.

"Dari lo, kan?"

"Serius gue, ngapain lo di sini?"

"Entahlah,"

Dia menarik ujung rambutku, kesal. Aku kembali tertawa, menjauhkan kepalaku dari jangkauannya. Sebenarnya tidak berniat membuatnya kesal, aku hanya tidak tahu cara menjawab pertanyaannya. Aku tidak mungkin menceritakan kejadian yang sebenarnya kan? Selain memalukan, itu adalah hal yang paling tidak penting untuk dibahas.

"Le," Aku memanggil namanya, Leo menoleh.

Dia tidak bicara apa-apa, hanya menampilkan raut penasaran.

"Lo kesal nggak sih?" Pertanyaan random meluncur begitu saja dari bibirku.

"Nggak," Jawabmya spontan.

"Gue kesal."

Dia tertawa, entah kenapa, tapi aku suka, tawanya.

"Gara-gara gue?"

"Bukan."

"Terus?"

"Kesal aja,"

Dia tidak bertanya lebih lanjut. Leo merogoh saku kirinya, mengeluarkan earphone dan ponselnya. Ia menghubungkan earphonenya dan memberikan sebelahnya kepadaku, aku menerimanya dengan heran. Bentar, aku merasa de javu dengan tindakannya, ada yang pernah melakukan hal serupa, tapi.. Bukan Leo. Saka?

"Pakai," katanya, kemudian memasang yang satunya lagi di telinganya.

Sebuah lagu mulai terdengar. Aku tidak tahu lagu apa yang ia putar, tapi lirik yang kutangkap adalah

Come up to meet you
Tell you I'm sorry
You don't know how lovely you are
I had to find you

Mataku terpejam, menikmati setiap bait lirik yang terdengar. Tidak lama, aku kembali membuka mata. Aku menoleh kepadanya, hendak bertanya, tapi dia sudah lebih dulu menjawabnya.

AWAS JATUH, SAN! (√)Where stories live. Discover now