Sean bertindak..

486 20 10
                                    

Seminggu telah berlalu setelah kejadian yang menimpa michel, seminggu itu juga aku terus kepikiran sama michel. Aku harap dia masih bertahan..

Sekarang aku masih merenung di bangku ayunan taman belakang rumah, aku belum bisa ketemu michel.., glova belum bisa pertemukan aku dengan michel dan lagi-lagi penghalangnya adalah bang geo.

"aku ingin sekali ketemu sama kamu chel.., aku ingin minta maaf sama kamu.., terlalu banyak aku menyakiti perasaan mu."

"aku tahu kamu sangat-sangat kecewa padaku chel, ntah lah kamu mau maafin aku apa ga."

"huft, bukan hanya kamu aja chel, aku rasa bang geo udah sangat jauh membenci aku, sampai dia melarang keras buat aku ketemu sama kamu."

"harus dengan cara apa supaya aku bisa ketemu kamu chel? aku bingung chel..."

"Arrghh..!!" kesalku geram.

"sean...!!" suara tegas itu, aku pun langsung menoleh.

"pa..papa.." ucapku gugup, lalu papa berjalan mendekati ku bahkan duduk disampingku.

"ada apa sean? Kenapa kamu sampai frustasi gitu?" kali ini ucapan papa lembut.

"engga kok pa.., sean gapapa kok." bohongku.

"sean, kamu dan adek mu kenapa sih selalu dalam masalah. Baiknya tadi glova udah curhat sama papa, sekarang giliran kamu cerita sama papa."

"sean..., cerita lah nak.." papa mengusap pundakku.

"hmm..se..oh ya mama gimana pa? udah membaikkan?"

"ck, kok lari pembahasan mu.., dan mama udah jauh membaik, tuh lagi tidur. Makanya kalian jangan kek gini donk kalau ga ingin terjadi apa-apa sama mama."

"ma..maaf pa.., kita udah bikin mama jadi sakit."

"hm, jadi ceritakan masalah mu apa sebenarnya?"

"pa..?" dan papa cuma berdehem aja.

"sean udah sering menyakiti perasaan  michel, bahkan sean udah buat drop lagi. Aku..aku ingin minta maaf sama michel pa."

"menyakiti bagaimana?"

"i..iya..sean udah menyakiti perasaannya. Michel cinta sama sean pa, tapi..tapi sean selalu sengaja membuat dia terluka. Sean menyesalinya pa.."

"hadehhh.., kamu sengaja permainkan hatinya?" aku pun mengangguk lemah.

"kok beda banget sih kamu sama papa, kenapa kamu bisa kurang ajar begitu sean?" geram papa.

"maaf..maaf pa..sean tahu salah."

"yaudah kalau mau minta maaf, ya pergilah kerumah dia. Gitu aja kok susah."

"bukan sean ga mau kerumahnya pa, tapi sean ga bisa kesana? Sean dilarang keras sama keluarganya apa lagi abangnya."

"itulah karena kesalahan kamu kan, dan karena kamu kan makanya dia drop lagi, kejadian diancol kemarin membuat dia nyaris pergi selamanya. Lagian kenapa sekarang kamu menyesalinya hm? Apa karena hidup dia ga lama lagi? Jadi kamu tak ingin merasa bersalah sama dia?"

"iya semua karena kesalahan sean pa, tapi kejadian diancol itu bukan seperti yang dituduhkan glova pa, bukan seperti itu sebenarnya, dan sean..sean ingin jujur sama dia pa, tapi sean ga bisa ketemu dia. Dan..dan sean.."

"dan apa sean?" papa penasaran sama ucapanku selanjutnya.

"ga kok pa, sean cuma mau jujur tentang kesalahpahaman diancol kemarin. Itu aja kok pa.."

"ck,  yakin cuma itu aja alasannya hem?" aku pun menelan ludah, sepertinya papa tahu ada yang tersembunyi didalam benak ku.

"sean, kamu udah mulai menyukainya? Atau mungkin udah jatuh cinta padanya?" degh!!

Hingga Nafas Terakhir Where stories live. Discover now