Michel menghilang..

859 46 0
                                    

3 bulan kemudian...

Kita udah kelas 3 SMA dan akan menjadi angkatan terakhir ditahun ini. Ruangan kita juga yang udah pindah dilantai dua dan posisi bangku juga diubah sama wali guru. Tapi beda dengan aku yang masih bertahan untuk tidak ada teman sebangku. Karena aku masih menunggu dia.

Siapa yang aku maksud dia? Ya, dia yang aku maksud adalah Michel. 3 bulan yang lalu tepatnya sejak dia pingsan saat itu, sampai sekarang dia belum masuk sekolah.

Tidak ada satupun kami yang tahu dimana dia kecuali kepala sekolah, sempat bertanya pada kepala sekolah tapi tidak memberi tahu pada kami dengan alasan privasi keluarganya.

Tadinya harapan ku adalah glo, namun dia juga tidak tahu keberadaan michel bahkan teleponnya ga aktif lagi.

Dan sekarang aku semakin dibenci glo, adik ku sendiri. Aku sangat tahu alasan glo membenci dan bersikap cuek pada ku sejak kejadian itu, karena aku membuat sahabatnya menangis, terluka, bahkan sampai tidak masuk sekolah sampai sekarang.

"dek..." aku menahan tangannya.

"lepasin tanganmu.." ucapnya tajam.

"dek, sampai kapan kamu bersikap gini sama abang? Kita berangkat sama ya?" bujukku lalu dia melepaskan cekalan tanganku.

"aku bisa pergi kesekolah sendiri.." dia langsung pergi begitu aja dan aku cuma bisa diam aja.

"kamu dimana chel?" lirihku merasa bersalah. Lalu aku berangkat kesekolah.

Selama dijalan pun aku masih kepikiran sama michel, ada apa dengan dirinya? Apakah dia sekecewa itu padaku sampai belum mau kesekolah.

Akhirnya aku sampai juga disekolah setelah memarkirkan motor aku kembali berjalan melewati lapangan sekolah seketika langkah ku terhenti, dada ku terasa sesak karena tidak mendengar suara heboh michel dipagi hari menyapaku.

Aku melihat kelantai dua berharap ada sosoknya disana tapi nihil, tidak ada michel yang berdiri sambil melambai tangan. Aku bener-bener merindukan dirinya.

Mencoba menetralkan pikiran ini, aku pun kembali melangkah menuju kelas. Begitu sampai depan kelas, aku dibuat merasa bersalah lagi saat melihat glo menangis sesenggukan di kursi ujung dekat tangga. Aku pun menghamapirinya.

"dek..." aku memegang pundaknya.

"hiks..hiks..michel kamu dimana? Kenapa kamu belum datang juga." tanpa dipandu mataku pun berlinang mendengar ucapan glo.

"aku kangen sama kamu chel.., aku kangen kita tertawa lagi, bercanda lagi. Hiks..hiks..apa kamu tidak merindukan kebersamaan kita chel?" isaknya pilu, aku langsung memeluk dia dan tangisnya pun pecah.

"hiks..hiks..aku kangen sama michel., kenapa dia menghilang selama ini bang?" isaknya sambil mukul badanku namun aku biarkan.

"ini gara-gara kamu sean.., andai kamu tak menyakiti perasaan dengan ucapan mu saat itu." marahnya dan aku cuma menelan ludah aja karena teringat kejadian itu.

"dan sekarang ucapan mu terkabulkan lagi, michel menghilang..michel tidak hadir lagi seperti mau mu, bener-bener berengsek kau sean!" dia mendorong badanku hingga pelukan kami lepas.

"ini gara-gara kau!!" marahnya lagi.

"maaf dek..maaf.." lirihku sesal.

"maaf mu tak menghadirkan dia lagi.., puas kau!!" bentaknya lagi lalu berjalan masuk kelas.

"aarghh..., brengsek kau sean." keselku sendiri sambil ngacak rambut frustasi.

Pelajaran telah berlangsung, aku masih menatap bangku disampingku yang masih kosong. Aku kembali teringat saat-saat dia mengganggu ku belajar, mengajak aku bicara, gombalan dia, tingkah dia dan sekarang aku kehilangan moment itu lagi.

Hingga Nafas Terakhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang