Michel memilih menyerah...

732 28 0
                                    

"APA??" sentakku kaget.

"hey, suara anda sangat mengganggu ruangan ini." tegur keluarga pasien diruangan ini.

"ma..maaf..maaf semuanya.., permisi." aku kan keluar dari ruangannya dan sekarang tujuanku adalah ruangan dokter yang menangani michel, aku pun berlari.

Saat langakahku semakin dekat, terlihat seorang perawat keluar dari ruangannya, aku pun menghampirinya.

"suster.." sapaku.

"ya? Ada yang bisa saya bantu?" tawarnya.

"hem, dokternya ada didalam ruangan sus?"

"oh, dokter Frince ada didalam kok, mau bertemu dia?"

"eh,  iya sus..makasih ya sus.."

"iya, baiklah saya permisi dulu." aku pun mengangguk lalu mengetuk pintu dan suara dari dalam mempersilahkan saya masuk.

"siang dok.." tampak dia terheran.

"siang, silahkan duduk." aku pun duduk tepat didepannya.

"ada yang bisa saya bantu?"

"hem.., maaf sebelumnya dok..saya kesini hanya ingin bertanya pada dokter."

"mau nanyakan apa ya?"

"hmm.., dokter yang menangani pasien bernama michel kan? Pasien yang terkena kanker."

"ouhh, maksdu kamu michel janella ya?" aku pun mengangguk pasti.

"trus ada apa kamu menanyakan dia?"

"saya barusan keruangannya dok, tapi dianya ga ada, ruangannya udah diganti dengan pasien baru, dan..da  kata suster dia udah pergi dua hari yang lalu, dok..apa maksudnya dia pergi?" tanyaku dengan nafas tercekat, ditambah raut wajah dokernya langsung berubah.

"dok, michel pergi kemana? Dia masih hidupkan?" tapi dokternya masih diam.

"dokter jawab donk, jangan diam aja..  Michel masih hidupkan?" dengan nada tinggi.

"DOKTER!!" bentakku, dan dia langsung menghapus airmata, dahiku pun mengerut.

"dok..michel masih hidupkan?" kali ini dengan suara melemah.

"huh,, iya michel udah pergi dua hari yang lalu.." jantungku tercubit, tanpa dipandu airmata ku menetes.

"di..dia pergi dok? Pergi selamanya dok?"

"engga, dia tidak pergi selamanya. Michel masih hidup." aku langsung lega meski masih ada rasa takut.

"trus dia pergi kemana dok? Apa dia udah sembuh?"

"michel belum sembuh, bahkan keadaan dia semakin memburuk."

"BRENGSEK!!" aku berdiri lalu menarik kerah bajunya.

"lepaskan tangan kamu hey, lepas.." tapi aku semakin mencengkeram kerah bajunya.

"dasar dokter ga punya hati..!! Bisanya anda melepaskan dia disaat dia semakin kritis, apa anda ingin membunuh dia, iya??" bentakku dengan rahang mengeras.

"jangan menuduh saya, ini permintaan keluarganya." aku pun terkejut.

"apa..?" lirihku tak percaya.

"iya ini kesepakatan kita bersama." aku pun melepaskan tanganku dari kerah bajunya, lalu kembali terduduk lemas.

"maksudnya apa dok? Kenapa kalian melepaskan dia? Apa kalian udah menyerah?" ucapku dengan mata berlinang.

"huh, sebelumnya saya mau bertanya,  kamu siapa michel? Dan saya tidak yakin kamu keluarganya." tanyanya yang udah duduk kembali.

Hingga Nafas Terakhir Donde viven las historias. Descúbrelo ahora