Terlalu cinta

524 28 4
                                    

Hari ini guru rapat lagi karena minggu depan akan dilaksanakan ujian semester, meski begitu kita tetap diminta belajar sendiri dalam kelas.

Yang namanya murid pasti hanya dimulut aja sok mengiyakan ucapan guru tapi saat guru ga ada dikelas semua berhamburan, ada yang bermain dalam kelas, ada yang nyanyi lah, ada yang ngerumpi lah, ada juga yang belajar dan aku memilih tetap duduk dibangku sambil mendengar musik dari hp pakai headset. Josh? Dia juga ngerumpi sama jordan.

Meski pun aku tetap duduk dibangku, tapi sesekali aku ngelirik sean yang tersenyum akibat ulah humor jordan, aku sangat merindukan dia..sangat merindukan jahilin dia, posesif ke dia,  gombalin dia,  aku sangat merindukan itu.

"senyummu akan selalu ku rindukan sean meski senyummu bukan untuk ku.., aku sakit sean..hiks aku sakit andai kamu tahu itu." batinku sedih lalu menghapus airmata ini yang tanpa sadar menetes.

"duh, aku kok sedih gini sih..malah nangis lagi. Jangan sampai orang tahu apa lagi sean." serasa airmata udah ga menetes lagi, aku kembali ngelirik sean dan seketika raut mukak ku musam.

Bagaimana tidak? Wina salah satu saingan ku dikelas buat rebutan sean, dia sekarang lagi duduk disamping sean malah kepalanya sesekali senderan dibahu sean, lebih keselnya sean ga menolak, coba kalau aku udah pasti diomelinnya.

"ekh.." sontakku kaget dan langsung mengalihkan tatapanku darinya, sean ternyata menyadari aku lagi lirik dia.

"aduh..malah ketahuan lagi.., tenang chel..jangan panik gitu, anggap aja ga terjadi apa-apa." aku pun semakin membesarkan volume hpnya.

"sean.., sejak aku kembali lagi kamu kembali bersikap dingin padaku. Apakah kamu marah sama ku karena menghilang selama 5 bulan? Atau..kamu memang tak menginginkan kehadiran ku seperti  ucapan mu pada zava 5 bulan yang lalu?" seketika aku teringat hal yang membuat aku kecewa,sakit hati sama sean.

"belakangan ini juga aku melihat kamu udah mulai terbuka sama perempuan termasuk wina.  Dan sekarang kamu dan wina lagi bersenda gurau. Sean...aku cemburu..aku cemburu kamu dekat wanita lain." batinku sedih.

"meski aku tahu kita pacaran paksaan, tepatnya aku yang merasa kita pacaran, apa tidak bisa kamu hargai aku yang jelas-jelas mencintai kamu dan kamu tahu itu."

"apa aku harus mengikhlas kamu sama orang lain? Apa aku harus melepaskan mu dengan yang lain, dan apa aku harus mengubur rasa cinta ku sama mu? Apakah harus sean?" ingin sekali aku menangis tapi ingat ini dikelas dan banyak orang.

Hingga tak lama kemudian aku merasa bahuku ditoel, aku pun menoleh kesamping.

"ekh,  sean.." ucapku melepaskan hedsetnya.

"hm.., aku mau duduk." ucapnya datar dan aku cuma angguk aja lalu bergeser dari bangku.

Setelah dia duduk, aku langsung mematikan musik dari hp, mencabut headsetnya lalu memasukkan kembali kedalam tas kemudian mengancing resleting tas. Aku pun bangkit dari bangku tanpa melihat sean dan aku berjalan keluar dari kelas.

"huh!! Tiba-tiba aku kangen lantai atap sekolah. Kayaknya disitu aku bisa puas deh menangis. Oke sekarang kesana." aku pun menaiki tangga hingga sampai atap sekolah.

"astaga capeknya.., sampai lupa kalau aku masih sakit. Untung ga kenapa-napa.  Bandel banget sih chel..wkwkwk."

"akhirnya menghirup udara segar juga diatas ini. Uuuhhh..haaaa..., ahhkkh....hhahaha..leganya bisa teriak gini." sambil merentangkan tangan menatap langit.

"hiks..hiks..tapi sebentar lagi aku tak kan biaa melakukan ini. Hiks..hiks..aku akan pergi." tangisku lalu tersungkur dilantai.

"kenapa harus aku Tuhan, kenapa harus aku yang mengalami ini. Aku ingin hidup lama didunia ini bersama orang yang ku sayangi."

Hingga Nafas Terakhir Where stories live. Discover now