Aku disini..

669 37 2
                                    

Biarpun aku lagi mencoba menenangkan glova, menyemangati dia, percayalah kalau aku juga terpukul akan ucapan glova tadi, dimana michel nyaris pergi selamanya.

Dari segala kesesakan yang kurasa mengenai michel, ini lah yang paling sesak.., hidup matinya lagi diombang-ambing dan hanya michel yang bisa ambil keputusannya.

Sekarang kita semua lagi diruangan keluarga seperti biasa saling bertukar cerita. Yang menjadi fokusku adalah glova, dia masih kelihatan sedih, mata sembabnya membuat papa dan mama penasaran.

"baiklah, papa mau bertanya sama kalian. Glova, tolong kali ini jangan bohong sama papa dan mama. Kamu kenapa hm?" glova masih menunduk.

"glova..papa bertanya loh.." glo pun mengangkat wajahnya.

"ooya enyaha (glo kenapa)?" tanya mama. Mataku langsung teduh saat melihat mata glo berlinang.

"glova gapapa kok pa.."

"tolong nak jangan beralasan lagi.., ada apa sebenarnya nak? Ceritalah sama kita." papa berbicara lembut padanya.

"hiks..hiks..hiks..mi..michel.." tumpah sudah airmata nya, airmata ku juga jatuh tapi langsung aku hapus.

"michel? Memang michel kenapa nak?" papa duduk disampingnya untuk menenangkannya.

"hiks..michel sakit pa..sahabatku sakit parah..hiks.." terlihat papa dan mama kaget.

"ya ampun,, astaga michel sakit nak?"

"iya pa..hiks..dia sakit parah." mama langsung memeluk glova.

"ma..michel sakit parah.., michel lagi berjuang untuk hidupnya." glova menatap mama dengan sedihnya.

"memang michel sakit apa nak? Separah apa sakitnya?" bukan hanya mereka yang penasaran bahkan aku juga penasaran dia sakit apa.

"hiks..mi..michel kena kanker darah pa..dia udah stadium 4..hiks..dia bahkan dua kali nyaris meninggalkan ku selamanya pa. Glova belum sanggup kehilangan dia hiks..hiks.."

Jantungku diremuk mendengar penyakit yang diderita michel, kanker sialan itu menggerogoti tubuhnya. Tanganku mengepal kuat saking dilanda rasa marah, ketakutan yang hebat.

"APA?? Michel kanker darah? Ya Tuhan..kasihan sekali anak itu." papa juga terlihat khawatir sama michel, meski mereka tak sering ketemu tapi papa bisa merasakan michel adalah anak yang baik.

"sekarang dia dirawat dimana nak?"

"di..dia dirawat dirumah sakit tempat kerja papa."

"dirumah sakit tempat papa kerja? Kenapa ga bilang sama papa sih nak. Ya ampun..kalau gitu kan papa bisa mantau dia juga."

"maaf papa.., ini juga janji ku sama michel. Aku berjanji padanya untuk merahasiakan penyakitnya, tapi hari ini aku tak bisa berbohong lagi."

"astaga, jadi kamu meminta glova untuk merahasiakan penyakitmu dari semua orang chel?" batinku.

"huh, yasudahlah yang sabar ya nak..kita harus berdoa buat kesembuhan dia. Kamu juga jangan menampakkan wajah sedih depan dia, itu akan membuat dia sedih juga."

"iya pa, aku juga ga pernah menampakkan wajah sedih depan dia."

"iya nak, itulah namanya sahabat.." glova pun mengangguk.

"dan kamu sean, kamu juga udah tahukan?"

"iya pa, sean udah tahu.."

"yang papa tahu dari masalah kemarin-kemarin, kalau kamu ga suka sama michel, kamu pernah buat dia menangis, kamu pernah berantem sama dia. Tapi kali papa mohon sama kamu, gunakan hatimu untuk mengurangi rasa ketidaksukaan mu padanya."

Hingga Nafas Terakhir Where stories live. Discover now