- Toko Buku (2)

71 15 3
                                    

Aldares yang sedaritadi kebingungan karena dirinya baru pertama kali pergi ke toko buku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aldares yang sedaritadi kebingungan karena dirinya baru pertama kali pergi ke toko buku.

"Lo nyari berapa buku?" tanya patricia.

"Tiga– pokonya tentang pendidikan sama sejarah-sejarah gitu."

"Gue mah mana ngerti tentang buku-buku sih," sambungnya.

"Ini tugas?" Patricia sambil mencari buku yang cowok itu maksud.

"Bukan– gua dikasih hukuman sama pak graha guru sejarah, karena pas jam pelajaran dia gua bolos mulu." jujur Aldares tanpa rasa malu sedikitpun.

"Oh, pantesan."

"Pantesan apa?"

gadis itu menyilangkan kedua lengannya, "Pantesan nyusahin."

Sialan!

Mereka mulai terpecah kedua arah untuk mencari buku-bukunya. Saat patricia sudah menemukan buku sejarah, ia kembali ke tempat dimana saat tadi mengobrol dengan Aldares.

"Punya temen gini amat! Dia nyari buku atau apa sih– lama banget," gadis ini sudah uring-uringan karena Aldares belum kunjung datang juga, dirinya sudah hampir menunggu 30 menit, tapi tak ada hasil.

Ia memutuskan untuk mengecek Aldares dan benar saja saat ia ke rak buku bagian pendidikan ternyata tidak ada Aldares. Saat dicari lagi, ternyata cowok itu ada di dekat rak buku bertulisan sains.

"Pantes aja lama! Cari bukunya aja salah rak," cibir gadis itu.

"Gak ketemu nih, padahal gua udah 30 menit nyari nya." pasrah Aldares

"Pinter banget ampe pengen nabok!"

Aldares yang menyadari nya, justru tertawa.

"Maklum, baru kali ini gua ke toko buku." cowok itu memang berkata jujur.

"Yaudah ambil buku pendidikan tuh, disebelah sana. Abis itu langsung bayar, gua gak bisa lama-lama." suruh Patricia.

Aldares langsung membayar ke kasir, sedangkan gadis itu menunggu diluar toko.

***

"By the way, makasih lo udah mau bantuin gue cari buku. Maaf juga kemaren gua suka bikin lo ngerasa risih." cowok ini berbicara dengan nada tak biasa.

"Lumayan sih, risih juga– makasih juga gue udah dianter pulang."

Setelah pamit, motor kekar milik Aldares sudah melaju makin menjauh. Kini gadis itu langsung masuk ke dalam rumah, karena kebetulan udara diluar sangatlah dingin.

"Assalamualaikum mah, kia pulang."

"Waallaikumsallam, temen kamu udah nungguin coba disamperin dulu." ucap Roslina sambil menunjuk ke arah kamar Patricia.

Patricia langsung menuju ke kamarnya dan ternyata yang dimaksud Roslina adalah Bunga dan Ica.

"Tumben kesini, kenapa nggak chat gue dulu?"

"Heyy! kita udah ngeline lo ya, cuma gak ada jawaban. Diread aja engga." kata Ica.

Dengan refleks gadis itu langsung mencari keberadaan handphonenya. Dan benar saja, ternyata ada pesan masuk. Tapi sayangnya baterai handphonenya habis.

"Sorry– ternyata handphone gue habis batre."

"Tuh kan kebiasaan." sinis Bunga.

"Lo nggak diapa-apain kan sama Ares?" tanya Ica dengan raut wajah khawatir.

"Ya nggak, Ca! Lagian dia nggak seburuk yang orang lain kira kok."

"Jangan bilang lo baper sama Ares– gue khawatir takutnya dia mainin perasaan lo doang." ucap Ica dengan hati-hati.

"Santai Ca."

"Lo sama Saga aja, oke?" Ucap Bunga tiba-tiba.

Patricia yang mendengar ucapan bunga hanya terdiam.

"Udah sore nih, kita berdua pulang ya. sebenernya cuma khawatir sama lo, takut di apa-apain– ntar gua yang diomelin Saga." jujur saja, Ica takut jika Saga mengomelinya karena masalah Patricia.

***

Hi Saga [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang