- Permintaan Bunda

15 3 0
                                    

Di ruang makan terlihat Aldares dan bunda Rini sedang sarapan bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di ruang makan terlihat Aldares dan bunda Rini sedang sarapan bersama. Rini bersyukur karena semakin hari anak itu selalu bersikap sopan dan berbicara dengan nada yang stabil.

"Bunda ada rencana ingin ke Belanda, kamu ikut ya?"

Pernyataan Rini barusan cukup membuat syok Aldares, hingga ia tersedak saat minum.

"Uhuk! Mau ngapain bun?"

"Jangan bilang, bunda mau mindahin Ares kesana."

Sempat sedikit bingung dengan pernyataan anaknya sendiri tapi disatu sisi itu cukup membuat Rini tertawa.

"Bisa-bisanya bilang kaya gitu! Bunda itu mau kenalin kamu ke cucunya oma Zee."

"Mau ya?"

"Itu siapa lagi? Ares nggak kenal." tutur Aldares.

"Beliau rekan bisnis bunda."

"Okey! Nurut aja." jawabnya dengan wajah pasrah.

***

Ruangan sudah dalam keadaan tenang, karena mahasiswa sedang mendapat materi dari bapak dosen. Aldares yang jiwa belajarnya masih belum sepenuhnya ada di ruangan, sempat beberapa kali diawasi oleh bapak dosen. Namun, dirinya belum sadar sama sekali.

"Ngapain sih bunda ajak gue ke Belanda?"

"Masalahnya Bahasa Inggris gue nggak bagus-bagus amat nih."

"Oma zee? Beliau rekan bisnis bunda, tapi bunda nggak pernah cerita kalo dia punya rekan bisnis dari Belanda."

"Gue dijodohin apa gimana sih?"

masih banyak pertanyaan yang terus mengelilingi otak Aldares, bagaiman tidak kepikiran. Pernyataan bunda-
nya saja secara tiba-tiba, bukan direncanakan.

Lagi-lagi bapak dosen menciduk Aldares yang sedaritadi bengong, "Ares? Bisa dengar saya?"

Cowok ini masih dengan dunianya, bahkan tidak menyadari sama sekali jika dosennya mengajak bicara. Michelia yang berada tepat di samping cowok itu, berusaha menyadarkan dengan menyenggol lengannya berkali-kali.

"Res! Lo keciduk dosen tuh."

Masih dengan tatapan linglung, cowok itu menjawab,"Hah? Oh, iya-iya."

"Iya pak, saya bisa denger bapak."

Cowok itu menggaruk puncak kepalanya yang tak gatal itu. Mati gue!

"Lagi kenapa kamu? Awas ya, sampai tidak mengerti dengan materi bapak!" peringatan dari dosen tersebut.

"Siap! Tenang aja pak,"

Michelia melirik tak menyangka, "Dih! Sok bisa lo."

"Berisik!"

***

13.25 WIB

Sudah hampir setengah jam Tirta menunggu dua temannya yang menyusahkan. Alias Aldares dan Gio. Jujur saja, jika bukan karena mereka, dirinya enggan menunggu lama di Cafe Altaria.

Demi alek, gue gapapa, batinnya

Salah satu pelayan cafe tiba-tiba menghampiri meja Tirta, "Masnya ada tambahan menu?"

Tirta refleks menggeleng.

"Nggak mba."

"Baik, jika ada tambahan menu, tolong panggil saya." ucap pelayan tersebut.

Pintu kaca perlahan terbuka, dua cowok ini langsung menjadi pusat perhatian hanya dalam sekejap. Aldares dengan kaos polos dan jeans hitam dengan tas yang ia pakai menyamping, sedangkan Gio memakai jeans pendek dan kaos berlogo Nike dengan tangan menenteng tas laptop. Sangat boyfriend able bukan?

"Lama lo nyet!" ucap Tirta penuh emosi.

Gio menunjuk Aldares,"Nih pelakunya!"

"Ngapain res?" tanya Tirta sambil menatap cowok itu. Berharap segera ada jawaban.

"Dia duduk doang ditaman kampus." sahut Gio.

"Buang-buang waktu bangsat!" celetuk Tirta.

Brak!

Tidak ada angin, tidak ada hujan. Aldares menggebrak meja cafe, walaupun tidak membuat terkejut 1 cafe. Tapi cukup membuat terkejut Gio dan Tirta.

"Kalo gue ke Belanda, lo pada ikhlas nggak?"

Ha?

Gio menyilangkan lengannya kedepan, "Gue sih ikhlas lahir batin, kalo bisa jangan balik lagi ngab!"

"Si bego!" ucap Tirta sambil menoyor kepala Gio.

"Laga lo pengen ke Belanda– ngapain si emang?" sambungnya.

Cowok itu memegang kepalanya, frustasi. "Bunda minta gue untuk ikut kesana."

"Ya untuk apa?" tanya Tirta sekali lagi.

"Gue mau dikenalin ke cucunya oma Zee– beliau rekan bisnis bunda."

Gio mengacungkan jempolnya, "Mantap juga!"

"Lo ngeledek apa gimana sih?" tanya cowok itu kebingungan.

Tangan Tirta meraih beberapa tissue dari kotaknya. Berakting seakan sedih karena temannya akan pergi jauh.

"Drama sat!" ucap Aldares.

***

Hi Saga [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang