30❣️

1.5K 162 68
                                    

Tiga bulan kemudian...

Deven yang belakangan ini super fokus dalam bidang akademiknya sampai-sampai tidak memerhatikan kondisi tubuhnya. Karena kemarin-kemarin ia melengkapi persyaratan untuk daftar ke Harvard University dan selesai sebelum ujian. Usai ujian akhir, Deven jatuh sakit sampai ia harus di rawat di rumah sakit karena kondisinya yang lemah, kurang tidur, kecapean, pola makannya tidak teratur.

Karena itu semua Deven malah kena omel mamanya sebab susah dikasih tau saat itu. Untungnya ujian sudah selesai tinggal pembagian hasil akhirnya saja.

"Susah di bilangin sih, suruh makan jawabnya nanti-nanti terus tidurnya larut malem terus," omel mamanya pada Deven yang terbaring di brangkar rumah sakit.

"Iya Ma. Nanti ngga lagi lagian udah selesai ngurusin buat daftarnya," sahut Deven lemah.

"Sekarang ngga orang lagi sakit,"

Deven diam karena setiap perkataan mamanya itu benar. Mama kalau masalah kesehatan pasti galak jadi Deven memilih diam saja jadi pendengar yang budiman itu lebih aman.

"Lusa boleh pulang kan, Ma?" Tanya Deven setelah lama hening tanpa obrolan.

"Tergantung kondisi kamu,"

Deven menghela napasnya. Karena empat hari lagi adalah acara Graduation di sekolahnya bersama teman-teman yang lain yang juga homeschooling di Windsor. Mereka ada foto kelulusan dan acara lainnya.

Sementara itu di tempat lain, setelah kelulusan Anneth justru pulang ke Manado karena ada hal yang penting. Jadi saat Deven masuk rumah sakit Anneth sudah tidak di Jakarta. Keuntungan bagi Deven karena kalau tidak kena omel juga dari Anneth secara langsung.

***

Dua hari sebelum Graduation, Deven memaksa untuk pulang karena merasa dirinya lebih baik dari sebelumnya. Awalnya mamanya menolak, tapi akhirnya mengikuti kemauan Deven asalkan mau mengikuti perkataannya saat di rumah dan Deven menyetujuinya.

Berbarengan dengan itu, Anneth juga baru sampai Jakarta dan langsung datang ke rumah sakit menjenguk Deven bersama maminya. Deven yang sedang duduk menunggu mamanya yang masih di ruangan dokter.

"Loh, kok pulang sekarang? Bukannya belum sehat banget ya?" Anneth menempelkan punggung tangannya ke dahi Deven mengecek suhu tubuhnya sambil menatap menyelidik wajah Deven.

"Udah sembuh, yang." Jawab Deven lalu ia menyalami mami Anneth.

"Bohong. Orang masih pucet gitu," todong Anneth. Deven terkekeh lalu menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Anneth. Mereka saling berhadapan, Deven yang duduk di brangkar dan Anneth berdiri di depan Deven.

"Serius deh. Nanti aku ikut gradu kok,"

"Mama kamu dimana, Dev?" Tanya mami Anneth memotong obrolan mereka berdua.

"Lagi di ruangan dokter buat izin pulang sekarang," sahut Deven. Otomatis Anneth menangkap sinyal kebohongan dari Deven.

"Ih! Tuhkan bohong. Belum boleh pulang berarti," Anneth memelotot gemas ke arah Deven.

Baru saja ditanyakan, mamanya kemudian masuk ke ruangan dan langsung cepika-cepiki dengan mami Anneth. Mereka mengobrol berdua.

"Aku mendingan di apartemen aja, nanti kamu yang sering ke apartemen aku ya?" Senyum jahilnya mulai. Deven menaik turunkan alisnya.

"Ngapain?"

K.I.T.A (Serial Sebuah Kisah) Where stories live. Discover now