2❣️

3.3K 191 19
                                    

Dulu homeschooling yang mereka lakukan hanya untuk mengganti sekolah yang mereka tinggalkan selama ada di Jakarta. Tapi sekarang beranjak SMA mereka di daftarkan oleh orang tua mereka di Windsor Homeschooling yang khusus mereka berdua muridnya. Selama menginjak kelas 10 dan 11 hanya mengambil tiga hari belajar dalam satu minggu, dan jadwal mereka itu hari Senin, Rabu, Kamis sisanya mereka free. Waktu belajarnya dari jam 7 sampai jam 10 saja.

Sampai dari Palembang, esoknya mereka sekolah. Tidak diantar oleh Mama mereka. Hanya oleh supir dan nanti akan menjemput mereka juga. Mereka tidak menggunakan seragam seperti sekolah pada umumnya, justru mereka menggunakan baju biasa seperti anak kuliahan.

Guru yang asik membuat mereka belajar lebih enjoy. Setiap kali belajar mereka sama-sama saling bersaing dengan baik untuk mencapai nilai yang sempurna, tapi mereka juga selalu belajar bersama jadi tidak saingan sengit. Mereka sangat sungguh-sungguh karena untuk masa depan mereka juga. Mereka masih bingung dan belum tahu nanti akan tetap melanjutkan ke jenjang kuliah atau berkarir saja. Masih dipikirkan.

"Kalian ini terlalu pinter jadi kalau belajar kita bingung sendiri. Lulus aja deh kalian," kekeh guru mereka saat mereka tengah melakukan kuis menarik dan menantang.

"Ihh Kakak kok gitu, kita ini baik membantu mempermudah Kakak mengajar jadi kita harus pinter, iya kan Neth?" Ujar Deven yang minta persetujuan Anneth. Gadis itu tersenyum dan mengangguk.

"Kelewat pinter, padahal akselerasi aja."

"Ngga itu abnormal, Kak," sanggah Deven.

"Tapi itu kan dalam hal yang baik dan positif," ujar Kakak pembimbing mereka sambil terkekeh karena Deven terus menyanggah.

"Aku sih ngga terlalu ambis, Kak. Gatau tuh yang mau jadi calon dokter kenapa ngga ambis, Pen?" Anneth menyenggol sikut Deven di sebelahnya.

"Ah, ngga pelan-pelan aja nikmatin proses... Cukup jadi penyanyi yang ambis waktu dulu sampe harus merelakan masa sekolah yang seru bisa main, jalan-jalan, ekskul, nah sekarang mah jangan sampe belajar terlalu ambis ngga sehat otaknya nanti meledak, Duar," Deven mempraktekan kepala meledak, membuat mereka tertawa dengan tingkah Deven.

"Hahaha. Iya deh iyaa. Eh ini udah selesai kok kuisnya, kalian habis ini ngga ada job?" Tanya Kakaknya yang dari tadi asik bergurau.

"Ngga kok, kosong sekarang, Kak." Jawab Anneth.

Karena sudah waktu pulang, merekapun pamit supir mereka sudah menunggu di parkiran. Yaa, begitulah mereka kalau ada waktu luang suka bercanda dengan guru-guru mereka. Mereka salah satu murid yang disenangi karena selera humor mereka tinggi jadi ketika serius belajar kadang tiba-tiba bergurau supaya suasana tidak tegang.

"Jadi kan ke supermarket dulu?" Tanya Deven yang berjalan di sebelah Anneth sambil menggenggam tangan Anneth. Anneth hanya mengangguk menjawab pertanyaan Deven.

Jadi tadi pagi Deven menagih Anneth untuk membuatkan bola-bola kentang isi keju. Mereka akan membuat bersama di apartemen Anneth. Hari ini mereka isi kekosongan dengan menjadi chef. Kalau Anneth bilang sih chef Anneth sementara Deven asisten chef Anneth awalnya Deven komen tidak mau tapi tidak ada penolakan dari Anneth. Ah dasar mereka begitu saja diperebutkan.

Tugas Deven membawa troli dan mengikuti langkah Anneth yang tengah memilih bahan-bahan. Tampilan mereka sudah sederhana sekali dan menggunakan masker juga tetap ada yang menyapa dan mengenali mereka apalagi sampai ada yang minta foto bersama.

Yaampun ini di supermarket, nanti lama-lama ada wartawan juga di sini - gerutu Deven heran.

"Sekalian kita coba bikin dalgona coffee ya, Pen?" Ucap Anneth di depan.

K.I.T.A (Serial Sebuah Kisah) Where stories live. Discover now