28❣️

1.5K 158 41
                                    

Deven dan Anneth sudah tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Mereka sudah bertemu dengan Kak Amel, seperti biasa Deven akan menjadi tukang membawa barang-barang Kak Amel. Padahal cuman sebentar di Jakarta tapi bawaannya banyak kayak orang pindahan. Heran.

"Girls apakah kalian mau makan siang dulu?" Tanya Deven yang membawa koper Kak Amel dan berjalan di sebelah Anneth.

"Di apartemen aja, Dek. Aku kangen masakanmu, ahhaa," tawa Kak Amel.

"Loh emang Deven bisa masak, Kak?" Tanya Anneth.
K
"Kak Amel itu hobinya ngeledek aku terus,"

"Serius, Dek. Masakan satu-satunya yang bisa kamu masak itu loh," kekeh Kak Amel.

"Yaudah-yaudah sana masuk mobil aku mau masukin dulu kopernya ke bekalang,"

Deven mengangkat dua koper yang sangat berat itu ke belakang mobilnya. Saat masuk mobil, Deven heran kenapa kursi sebelahnya kosong? Ternyata Anneth duduk di belakang.

Selama perjalanan ke apartemen, Anneth dan Kak Amel banyak mengobrol sementara Deven diam di depan fokus menyetir, tapi sesekali menanggapi ucapan kedua perempuan di belakangnya.

Sampai di apartemen, Deven langsung membawa koper-koper itu ke kamar mamanya sementara Anneth dan Kak Amel sudah duduk bergabung dengan Mama sambil mengobrol.

Seperti kemauan kakaknya tadi yang meminta Deven memasak makanan untuknya. Jadi menurut kakaknya itu Deven hanya enak jika memasak mie instan diluar itu terkadang masakannya hambar atau keasinan.

"Ma, mama mau mie?" Tanya Deven yang baru keluar dari kamar mamanya.

"Wah, mau masak kamu Dek?"

"Tuh Kak Amel ngidam tadi,"

Pluk. Kak Amel melempar bantal yang ada di sofa ke arah Deven dan kena kepalanya. Habisnya ngomongnya ituloh sembarangan.

"Wush. Ngomongnya," tegur mamanya.

"Maaf Ndoro," Deven menyatukan kedua telapak tangannya sambil membungkukkan badannya.

Anneth terkekeh melihat sikap Deven yang konyol. Cowok itu lalu pergi ke dapur sendirian. Sementara mereka bertiga sekarang asik mengobrol tentang rencana liburan.

"Kamu maunya kemana, Neth?" Tanya Kak Amel.

"Aku sih ngikut aja, Kak. Menurut Kak Amel yang kira-kira seru kemana?"

"Aku sih ada listnya, tapi nanti deh ngobrol sama Deven juga. Aku mau mandi dulu sambil nunggu dia masak," Anneth mengangguk. Ia lebih memilih pergi ke dapur melihat Deven daripada sendiri di depan televisi karena mama Deven sedang menelfon papa Deven tadi.

Anneth perlahan menarik kursi di dekat meja makan dan duduk di sana memerhatikan Deven yang sedang memasak. Lucu juga dia kalau lagi masak wajahnya yang tegang, berkeringat, serius.

Deven tidak sadar kalau dirinya sedang diperhatikan setiap gerak-geriknya oleh Anneth.

"Aduh! Aww! Gila kenapa nih tangan pake nempel sama panci sih," dumel Deven yang tangannya barusan terkena panci panas yang sedang diatas kompor menyala. Anneth yang tadi tengah melamun dan asik menonton Deven refleks berdiri mendekati Deven karena cowok itu mengeluh tadi.

"Hati-hati dong, Deven.." Anneth meraih tangan Deven yang tadi terkena panci panas. Sedikit memerah jarinya dan punggung tangannya juga karena terkena air panas yang mau ia tuangkan ke mangkok.

Anneth mengarahkan Deven untuk membasuh tangannya dengan air dingin lebih dulu dan menyuruh cowok itu duduk.

"Udah tunggu disini aku lanjutin dulu kerjaan kamu tadi," Anneth menyelesaikan masakan Deven tadi yang sedikit lagi selesai.

K.I.T.A (Serial Sebuah Kisah) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang