19❣️

1.6K 149 95
                                    

Anneth menggeleng-geleng sambil menutup kedua telinganya tidak ingin mendengar apapun ucapan Kak Aldy. Ia menundukkan kepalanya. Kak Aldy kini sudah berdiri tepat dekat di depan Anneth dan memegang pergelangan Anneth.

"Neth please liat aku, aku minta maaf dulu aku refleks bentak kamu, ngga sengaja dan ngga bermaksud kaya gitu, Neth. Aku jalan sama cewek itu karena ada project film bareng dan kita deket, deket sebagai partner kerja kamu pasti ngerti soal itu karena kamu juga ada di dunia entertain,"

"Neth... Maaf..." Aldy hendak mengelus pipi Anneth, tapi tiba-tiba ada yang menahan tangannya cukup keras.

"Sorry lebih baik tangan lo turunin aja," Deven datang saat itu dan ia berbicara sangat dingin dan tatapan tajam ke arah Aldy. Anneth sedikit lega Deven akhirnya datang dan cowok itu langsung menggenggam tangan Anneth.

Aldy yang ditatap tajam oleh Deven justru tersenyum devil sedikit kaget juga tiba-tiba ada Deven di sana.

"Okey, tapi gue belum selesai ngobrol sama Anneth jadi boleh lo geser sedikit?" Aldy berusaha mendekat ke Anneth yang ada di belakang Deven.

"Lo bisa inget tempat ngga sih? Mau ngehancurin acara orang? Kita obrolin tapi jangan disini! Gue tunggu di cafe deket sini,"

"Dev-" Anneth kaget dengan ucapan Deven barusan. Ngobrol? Maksudnya?

"Kamu tenang aja ada aku, yang," bisik Deven. Ia pun mengajak Anneth ke mobil.

Di mobil Anneth langsung memeluk Deven. Menangis. Tangis yang sejak tadi ia tahan. Tidak peduli baju Deven basah.

"Kamu tenang aja, kita nanti obrolin baik-baik ya? Ngga bagus juga kan terus-terusan kaya gitu lebih baik lurusin semuanya keputusan akhir kamu ngga mau anggap dia manusia lagi itu ngga masalah. Gimanapun kalau terus menghindar ngga baik, sayang." Deven mengelus-elus punggung tangan Anneth. Ia langsung menyuruh supirnya menjalankan mobil ke cafe yang Deven maksud.

"Tapi kamu ngga biarin aku ngobrol berdua kan nanti?" Anneth mendongkakkan kepalanya menatap Deven dengan jarak yang sangat dekat.

"Engga sayang... Kamu tenang aja aku di sebelah kamu," Deven mengusap sisa air mata di pipi Anneth dan membenarkan anak rambut yang sedikit berantakan.

Tiba di cafe Anneth dan Deven lebih dulu selang beberapa menit baru muncul Aldy. Deven sudah memesan minuman untuk mereka bertiga. Kali ini Deven memendam emosinya yang sebenarnya tersimpan sejak lama pada cowok yang duduk di depannya itu.

"Jadi apa yang mau lo omongin dan jelasin?" Tanya Deven to the point dan sejak tadi ia memanggil tidak dengan embel-embel 'Kak'. Malas.

Aldy diam sejenak merangkai kalimatnya agar tersusun dan tersampaikan dengan rapih. Meminum pesanannya untuk menetralkan kegugupannya sebelum berbicara.

"Eum, jadi waktu itu yang gue deket dan jalan sama Hanin karena ada project film dan kita harus bangun chemistry biar ada feel-nya. Jadi apa-apa kita berdua dan gue belum cerita sama Anneth masalah itu, ya karena dia sibuk, gue juga sibuk. Terus yang masalah hubungan gue sama Anneth, Iya gue nunggu kepastian dia lumayan lama terus akhirnya dia nerima gue, ya kita jalanin kaya biasanya aja. disitu dia tau gue ada project sama Hanin dan keseharian gue lebih banyak sama Hanin dari pada Anneth disitu deh mulai ada problem gue sama Anneth. Habis itu waktu gue lagi jalan sama Hanin, ketemu Anneth dia marah sama gue karena pergi ngga bilang dan disitu gue refleks bentak dia. Gue minta maaf, Neth. Ngga sengaja... Mood gue waktu itu lagi hancur jadi kaya gitu,"

Cerita Aldy sudah tamat sampai situ. Deven dari tadi menyimak sangat detail setiap ucapan yang keluar dari mulut Aldy. Di akhir cerita Aldy, Deven malah terkekeh sendiri membuat Anneth menatapnya sekilas.

K.I.T.A (Serial Sebuah Kisah) Where stories live. Discover now