9❣️

1.7K 146 21
                                    

Sebal. Anneth sangat sebal hari ini dengan Deven. Dia selalu saja kalau ke Lombok bilangnya dadakan. Tidak bisakah cowok itu bilang dari jauh-jauh hari jadi dirinya tidak mengharapkan banyak hal.

Sejak sepulang sekolah tadi, Anneth diam di kamarnya menenggelamkan wajah di atas bantal sambil terisak. Dari tadi handphonenya bunyi karena Deven menelfonnya, tapi setelah itu tidak ada lagi notif. Ah, biarkan pasti cowok itu sudah di pesawat.

"Neth.. sayang.. makan dulu.." ucap Mami Anneth di luar.

"Iya Mi..." Teriak Anneth sambil mengusap sisa matanya, lalu merapihkan rambut dan masuk ke kamar mandi untuk mencuci mukanya baru ia ke meja makan menyantap makanan buatan maminya.

"Matanya kenapa, Neth? Habis kejedot?" Ledek maminya saat melihat Anneth tengah makan masakannya dan terlihat matanya sembab. Maminya terkekeh setiap Anneth menangis hanya karena Deven ke Lombok.

"Mami... Gausah ledekin ya aku males, masih kesel sama dia," cibir Anneth sambil mengunyah makanannya.

"Katanya mau kasih suprise ke Deven kok malah ngambek?" Tanya Mami Anneth dengan sisa kekehannya. Ia tahu karena rencana Anneth juga bekerja sama dengan maminya sekaligus Mama Deven.

"Dia licik malah bikin Anneth kesel duluan, kan harusnya Anneth yang bikin kesel dia. Biarin liat aja nanti Anneth tambahin bumbu-bumbu pedasnya," ujar Anneth yang terlihat berapi-api.

"Dikirain nasi goreng kali pake bumbu pedes sayang," maminya geleng-geleng kepala.

"Ah, Mami mah ngga seru selalu berpihak sama Depen, anaknya diledekin terus," Anneth mengerucutkan bibirnya. Yap, memang suka seperti itu maminya lebih sering bersekongkol dengan Depen.

***

Sudah satu minggu Deven ada di Lombok dan satu minggu juga Anneth masih tetap ngambek dengan Deven, walau tidak seperti sebelumnya. Sekarang Anneth apa-apa sebal dengan Deven, jawab chat singkat, jarang mau telfonan, membuat Deven berpikir keras dirinya harus bagaimana?

Siang ini, Anneth kebetulan tidak ada job dan ia sudah janjian dengan seseorang untuk menemaninya membeli hadiah untuk Deven. Sekarang Anneth tengah bersama Kak James dan maminya yang juga ikut. Mereka akan ke toko alat musik terlengkap di sana.

"Kemarin katanya mau kasih sepatu, Neth ngga jadi?" Tanya Kak James yang sedang menyetir, di sebelahnya ada Anneth dan di belakang maminya sendirian.

"Ngga. Kata mami jangan sepatu dia udah banyak, tapi memang iya sih. Habisnya aku bingung mau kasih apa. Terus mami bilang kenapa ngga beli gitar listrik? Itu yang kaya Ucha.. jadi yaudah deh akhirnya ngajak Kak Jem soalnya ngga ada Papi hehe," jelas Anneth pada Kak James.

"Yakan di sweet seventeen itu kado spesial iya kan James? Jadi berkesan gitu.." ucap mami Anneth di belakang.

"Iya Tan, bener apalagi dari ehem," ujar Kak James sambil menekan kata 'ehem' itu.

"Dari macannya gituu kan.. hahaha.." Kak James dan Mami tertawa sementara Anneth sudah mendengus sebal.

Mereka berdua ini paling klop kalau ngegodain Anneth kaya gitu. Anneth memilih memainkan handphonenya saat digodain seperti itu. Ia baru ingat pesan Deven dari pagi belum dibalas. Sengaja sih. Tapi kalo boleh jujur kangen telfonan, demi rencana harus merelakan rasa rindu.

K.I.T.A (Serial Sebuah Kisah) Where stories live. Discover now