With You (KongArt)

1.9K 191 31
                                    

Kongphob berjalan tergesa dengan kedua tangan mengepal serta nafas yang memburu. Jangan lupakan gigitan kuat di bilah kembarnya pertanda si empunya sedang menahan amarah.

Sembari menuju gedung asrama seberang, lengan kemeja putihnya digulung sampai siku. Dasi hitam berlogo almamaternya sudah dilepas semenjak tadi.

Mahasiswa angkatan pertama itu langsung membuka pintu asrama tujuannya tanpa perlu mengetuk. Gerakannya brutal sembari matanya mengedar mencari seseorang.

"Phi Arthit.. Phi.. kau dimana Phi??" Racau si pemuda.

"Phi Arthit !!" Tetap tak ada sahutan.

Kongphob membuka kasar pintu balcon, namun sosok yang dicarinya tak ada.

"Phi.."

Langkah si pemuda berhenti di depan pintu kamar mandi. Tak ada suara air, hanya isakan samar yang diyakininya milik sang kekasih.

Dok.. dok.. dok..

Pintu diketuk kasar dan beruntun.

"Hiks.." lagi-lagi tarikan nafas di sela isakan.

Kongphob makin panik.

Dok.. dok..

"Phi.. buka pintunya atau aku dobrak sekarang juga !!"

"Aku serius, Phi !!"

Sejenak Kongphob menunggu reaksi yang di dalam. Sampai...

Cklek..

Arthit keluar. Wajah merahnya dibawa menunduk tak mau menatap kekasihnya. Kaos hitamnya sudah basah. Bahkan masih ada sisa tetesan air dari rambut legamnya yang membuat sang head hazer menggigil.

Kongphob tak langsung menanggapi Arthit. Yang dilakukannya adalah mencari handuk di tumpukan lemari lalu menggunakannya untuk membungkus tubuh bergetar Arthit.

Dengan telaten yang lebih muda mengeringkan tubuh Arthit. Mengganti kaos basahnya dengan kaos lusuh koleksi sang kekasih.

"Kong.. hiks.." langsung mendekap si bulan kampus. Menenggelamkan wajahnya yang kembali berair di dada Kongphob.

"Sstt.. tenanglah sayang. Semua akan baik-baik saja." Tangannya terulur. Mengelus belakang kepala yang lebih tua.

"Tapi mereka.. hiks. Aku.. aku mengecewakan mereka, Kong."

"Tidak Phi. Phi tidak melakukan salah ataupun mengecewakan siapapun."

Arthit menghapus air matanya kasar. Badannya dibawa duduk tegak menghadap Kongphob.

"Aku tak tahu bagaimana mereka mendapatkan foto kita. Dan sayangnya aku tak seberani kau. Aku pengecut. Maaf." Lirih Arthit.

Tadi siang seorang mahasiswi tahun ketiga non anggota hazer menyebarkan foto ciuman Arthit dan Kongphob saat di rooftop. Tentu saja satu fakultas teknik dibuat geger. Karena hingga sebelum ini yang mengetahui tentang hubungan keduanya hanyalah para mahasiswa angkatan Kongphob serta teman-teman hazer Arthit. Dan tak ada protes dari mereka.

Sedangkan tadi, bukan hanya mahasiswa teknik atau dosen. Bahkan mahasiswa dari fakultas lainpun tahu rahasia mereka.

Kongphob dan Arthit dihujat, dipaksa mundur dari jabatan head hazer dan bulan kampus yang tengah keduanya sandang. Kata-kata tak pantas serta tatapan sinis menjadi tamparan keras yang menyiksa keduanya selama berada di kampus.

Beruntungnya teman-teman mereka masih mendukung. Bahkan Knot dan Prem sempat berniat menghajar si tersangka utama jika saja Arthit tak mencegah. Dia sudah tak mau menambah masalah, hanya semakin memperkeruh suasana.

"Aku tidak bisa jadi apa yang mereka mau, Kong. Aku bodoh." Lagi-lagi dengan lelehan air mata.

Arthit memang bukan orang yang cengeng, tapi sekalinya dia bisa menangis air matanya tak akan berhenti dalam waktu singkat.

"Ini hidupmu, Phi. Jangan pedulikan apa kata mereka."

"Tapi aku takut. Aku takut mereka pada akhirnya menuntut kita keluar dari kampus, Kong."

"Tidak akan. Bukankah yang kita lakukan tak ada yang melanggar hukum? Ini hak kita, Phi. Hak kita untuk mencintai seseorang, tak peduli siapa orangnya."

"Tapi bagaimana kalau.."

"Stt.."

Ucapan Arthit tak berlanjut. Bibirnya terlanjur dibungkam dengan ciuman lembut namun menuntut dari Kongphob. Hanya beberapa detik, namun mampu menenangkan kepanikan Arthit.

Wajah Arthit ditopang kedua telapak lembut Kongphob. Membawa pandangan yang lebih tua menatap lurus netra hitamnya.

"Kita hadapi bersama, ya. Phi punya aku, ada teman-teman Phi juga. Teman-temankupun akan selalu ada untuk kita. Phi mau kan menghadapinya bersama? Kita tak boleh menyerah. Iya kan?"

Kepala Arthit mengangguk kaku.

"Aku.. besok temani aku." Desis Arthit.

"Untuk?"

"Melakukan apa yang tadi kau lakukan. Mengakui segalanya dan minta maaf secara dewasa. Kau tahu, tadi kau terlihat sangat bijak. Tak sepertiku yang terlalu pengecut." Arthit kembali hendak menunduk sebelum kembali di tahan Kongphob.

Seulas senyum dihadiahkan untuk Arthit yang masih menatap sendu.

"Phi bukan pengecut. Tapi Phi hanya butuh waktu. Jika memang Phi belum siap jangan dipaksakan dulu, ya?"

"Tidak." Sergah Arthit cepat. "Aku mau besok kita klarifikasi semuanya. Aku tak mau sembunyi lagi. Aku mau mereka tahu jika kau adalah milikku. Kau mau menemaniku kan?"

"Tentu saja, sayang. Aku akan merasa bangga jadi orang yang ada di sampingmu saat itu terjadi."

"Terimakasih, Kong. Terimakasih banyak."

"Tak perlu, Phi. Bukankah sudah kewajibanku sebagai kekasihmu?"

Arthit tak menjawab. Hanya mengulum senyum malu-malunya sembari menahan rona yang menjalar di seluruh muka.

Kongphob dan mulut manisnya. Sempurna.



End

Menghibur diri sendiri aja. Bukan maksud apa-apa.

Vote comment jangan lupa ☺️

Sorry for typo and thankyou 😉

ONESHOT (Random Couple) (bxb)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum