Pillow Talk (ForthBeam)

2.1K 257 73
                                    

Author Pov

Apartment Forth tampak lebih bersih dari biasanya malam ini. Tak ada sampah plastik teronggok di meja tamu. Tak ada sepatu dan sandal berserakan tak tertata.

Jarang sekali bahkan hampir tak pernah apartment Forth sebersih sekarang, selain saat penyakit gila kebersihan milik pacarnya sedang kumat. Dan sekarang, Beam sedang dalam mode manusia normalnya.

Lalu?

Coba kita beralih ke dalam kamar sang pemilik apartment.

Tak jauh beda dari keadaan di luar. Sudah bersih dan rapi. Buku-buku Forth tak lagi memenuhi kolong ranjangnya. Pakaian-pakaian kotor juga sudah mundur tersimpan di ember cucian.

Ranjangnya juga sudah tertata rapi. Eh, mungkin sekarang sudah tidak begitu rapi lagi. Ada dua orang berbadan bongsor di atasnya yang membuat spreinya sedikit kusut. Siapa lagi kalau bukan sang pemilik kamar dan pacar tercintanya.

Posisinya sekarang Beam berbaring terlentang menghadap langit-langit kamar Forth, sedangkan di sampingnya sang ketua team hazer sedang berbaring miring menghadap Beam sambil tersenyum.

"Beam, terimakasih ya.." gumam Forth.

Beam mengalihkan pandangannya sejenak pada Forth. "Untuk?"

"Membantuku membereskan apartment."

"Hmm.."

Tak ada jawaban. Beam memutar tubuhnya, berbaring menghadap Forth. Sekarang posisi mereka saling berhadapan. Memandang manik kelam masing-masing.

"Besok ikut aku ya.." ujar Forth sambil memandang pantulan wajahnya di bola mata Beam.

"Kemana?"

"Jemput ibu di stasiun."

Nafas Beam tercekat sejenak. Kaget. "Tapi.."

"She will like you. Trust me."

Bahkan Beam belum berfikir sampai kesitu.

"But she will be schocked if she knows that.." ucapannya seperti menggantung.

"She already knows."

Kali kedua di malam ini nafas Beam tiba-tiba tercekat karena ucapan Forth.

"Then.."

"So far dia menerima apapun pilihanku."

Ucapan Forth belum bisa membuat hati Beam tenang. Jantungnya bekerja dua kali lipat lebih cepat dari biasanya.

"So, go with me tomorrow?"

Forth memandang sang calon dokter. Menanti jawabannya.

"Can I just stay here waiting for you two?" Ada keraguan di balik jawaban Beam.

Tangan Forth terangkat. Membelai lembut pipi berisi Beam. Senyum tersungging di wajahnya sambil mengangguk.

"Tak masalah. Kau tunggu di sini saja. Aku yang akan jemput ibu besok."

"Bawa mobilku, ya." Entah saran atau perintah Beam.

"Pakai motor saja."

"Gila. Pakai mobil saja. Kasihan ibumu kalau panas-panas pakai motor."

Mendengarnya membuat senyum Forth makin melebar. "Panas juga kau suka, kan kalau pakai motor ?"

"Suka apanya.." hanya ditanggapi tawa renyah oleh Forth.

Kini tangan Forth memeluk lembut pinggang sang kekasih. Hidungnya mengendus anak rambut Beam yang menutupi dahi si manis.

"Ibu suka makan apa?" Tiba-tiba Beam bersuara lagi.

"Ha?"

Beam beedecak. Lemot sekali kadang pacarnya ini. "Makanan kesukaan ibumu apa?"

"Oh.." kepala Forth mengangguk-angguk. "Ibu suka kaeng phet."

"Kari merah?"

"Iya. Kenapa? Mau beli besok?"

Beam menggeleng. "Buat saja."

"Ha? Siapa?"

Beam berdecak lagi. "Aku lah. Memang kau bisa masak apa?"

"Tidak.." Forth tertawa garing.

"Tapi memangnya kau juga bisa masak kari merah, babe?" Forth menatap ragu.

Beam tak menjawab, malah "Ambilkan handphoneku!"

Forth mengangkat sedikit badannya. Meraih handphone Beam di nakas sampingnya.

Setelah menerima apa yg dimintanya, Beam kini memainkannya sambil menyender manja di dada Forth yang menyender di kepala ranjang.

"Kok malah main game, sih babe?" Jari Forth memainkan rambut tebal Beam.

"Siapa yang main game? Aku sedang googling tahu." Jawab Beam tak terima. Nadanya tampak merajuk lucu di telinga Forth.

"Googling apa?"

Beam menunjukkan layar handphone-nya pada Forth. "Resep Kaeng phet."

"Kau serius besok mau masak itu sendiri?"

"Kau meragukanku?"

"Mm.. tidak kok, babe.. hehe.."

"Memangnya selama ini masakanku tidak enak, ya?" Pegangan Beam di handphonenya mengendur lemas.

Forth malah jadi panik menanggapinya.

"Ehhmm .. tidak kok, tidak. Masakanmu enak kok, babe. Hanya saja kau kan tak pernah masak kari merah. Aku takut kau kesulitan. Itu saja." Forth.

"Percayakan padaku." Singkat Beam.

"Tapi besok antar aku ke supermarket dulu, ya sebelum kau ke stasiun.. aku mau beli daging dan bahan-bahan lainnya." Lanjut Beam.

"Ok. Ibu pasti akan suka masakanmu, babe." Forth mencium kening Beam.

"Apalagi tahu yang memasakannya adalah calon menantunya." tambah Forth dengan kekehan di akhir kalimatnya.

"I hope." Beam menutup matanya kelelahan.

Bagaimana tak lelah, seharian ini dia membantu Forth membereskan apartment yang kotornya sudah tak bisa di toleransi lagi ini.

Beam kadang sebal pada kekasihnya. Sudah sering diingatkan untuk jaga kebersihan tapi masih saja tak mau dilakukan. Alasannya lupalah, malaslah.

Melihat kekasihnya yang sudah terlelap, Forth mengambil handphone di tangan Beam. Meletakkannya kembali ke nakas.

Dengan lembut dibenarkannya posisi tidur Beam. Mematikan lampu nakas lalu memeluk sang kekasih erat.

"Good night, Beam. Ibu pasti bahagia punya calon menantu sepertimu." Ditutup dengan kecupan manis di dahi, ujung hidung, dan bibir penuh sang calon dokter.

"Good night, too." Bibir Beam berucap tanpa suara setelah Forth terpejam masuk ke alam mimpi.














End













Yang dibikin Beam buat calon mertua

Yang dibikin Beam buat calon mertua

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pendek banget. Anggap aja drabble ya.. hehe

Vote sama comment, boleh?

Sorry for typo 🙏

Thankyou ❤️

Pengen bikin angst wehh...

ONESHOT (Random Couple) (bxb)Where stories live. Discover now