Batas (ForthBeam)

2K 228 76
                                    

Beam Pov

Tak seharusnya aku berada disini. Bersandar tanpa tenaga di depan ruang operasi tengah malam begini. Harusnya sekarang aku ada di apartment. Duduk setia menunggu Forth pulang.

Tik tok tik tok

Suara detakan jam dinding di ujung lorong beradu gema dengan isakanku yang tak bisa kukendali.

"Beam.." aku mendongak. Sosok yang kuhormati, meski mataku buram tak jelas tertutup air.

"Ma.." kupeluk erat ibu dari kekasihku. Kutumpahkan segala rasa sedih, khawatir dan sakit yang mendera hati.

"Stt.. tenanglah Beam. Forth kuat. Dia akan baik-baik saja." Mama menuntunku duduk di kursi tunggu.

Ada jeda sejenak untuk kami saling menyelami pikiran masing-masing.

"Dulu aku pernah ada di posisi ini." Ujarku menarik atensi mama Forth.

"Saat itu aku dan ibu datang dan melihat ayah sudah di kamar operasi. Sama seperti saat ini." Kuterima uluran tissu dari wanita di sampingku.

"Dan ayah pergi bahkan tanpa berpamitan pada kami." Jeda, aku mencoba mengontrol setiap isakan yang keluar.

"Karena itu aku takut dia juga pergi, ma. Aku tak bisa kehilangannya."

"Stt.. tenanglah, sayang. Kita berdo'a saja semua akan baik-baik saja." Mama memelukku erat. Menyalurkan kekuatannya pada kerapuhanku.

Harusnya aku yang menenangkannya kan? Dia ibunya, pasti lebih terpukul. Tapi kenapa ini malah terbalik?

"Mama ke kantin dulu, ya. Secangkir kopi mungkin akan menenangkanmu." Aku hanya mengangguk.



....



Mama tak jua kembali. Ketenangan yang mencekam kembali membalut penantian panjangku. Kulirik lagi lampu di depan ruang operasi. Masih menyala. Tandanya operasinya belum juga selesai.

Suara ketukan langkah seseorang membuatku menoleh.

"Minum dulu, Beam. Agar kau tenang." Ujar mama bahkan dengan seulas senyum.

Kuterima uluran gelas kopi dari mama. Menaruhnya di sebelahku.

Brakk

Pintu operasi terbuka kasar. Seorang terbalut pakaian steril keluar dengan tergesa.

"Keluarga pasien?" Kami mengangguk.

"Pasien kritis dan kehilangan banyak darah. Kami butuh darah golongan B resus negatif."

"Saya. Saya ibunya. Ambil berapapun darah saya." Mama mengajukan diri.

Sang suster hanya mengangguk. Memberi kode pada mama agar mengikutinya ke salah satu ruangan.

Aku sendirian lagi. Meremas tanganku kuat menahan rasa khawatir yang tak bisa tersembunyi.

Tuk, tuk, tuk

Suara sepatu beradu dengan lantai rumah sakit. Apa mama kembali? Aku menoleh. Dan apa yang kudapati?

"Ayah.." itu ayahku. Sosok yang pergi meninggalkanku bertahun-tahun lalu.

Wajahnya masih setampan dulu saat kami terpaksa harus dipisahkan takdir. Dengan setelan jas yang terakhir kulihat dia pakai berangkat kerja dia melangkah angkuh ke arahku. Bukan. Lebih tepatnya ke arah pintu ruang operasi.

"Ayah.." panggilanku tak ada sautan. Dia bahkan melewatiku. Tubuhnya menembus tubuhku. Dan masuk menembus pintu.

Apa yang akan ayah lakukan di dalam? Apa dia akan menjemput Forth? Tidak. Tidak boleh.

ONESHOT (Random Couple) (bxb)Where stories live. Discover now