Proposal (KongArt)

2.3K 211 16
                                    

Author Pov

Suasana kamar apartment Kongphob begitu lengang malam ini. Sesekali suara gesekan angin menyapa lewat celah jendela yang dibiarkan terbuka.

Si pemilik kamar tak terusik berkutat dengan proposal magangnya seolah melupakan atensi satu raga lain di dalam sana. Sedangkan di atas kasur, sang kekasih sibuk sendiri dengan gitar kesayangannya.

Mulut kecil Arthit terus bergumam menyanyikan lirik lagu Dear God milik band kenamaan Avengen Sevenfold. Jari-jari panjangnya memetik senar gitar dalam pelukan.

"Arhhh.." jenuh dengan aktivitasnya, Arthit berteriak tertahan sambil meletakkan gitar di belakangnya.

Kongphob yang kaget dengan suara teriakan sang kekasih menoleh bingung. "Kenapa phi?"

Arthit mendengus. Kaki berbalut celana pendeknya dibawa berjalan mendekati meja belajar Kongphob. Menimbulkan reaksi tak paham dari yang lebih muda.

Arthit diam. Hanya sudut bibirnya sempat tertarik ke atas ketika ia sampai di depan Kongphob dan dengan tak tahu dirinya menyingkirkan sejenak buku dan kertas Kongphob di atas meja. Kongphob melihat penuh tanya pada berkas proposal yang kini teronggok di ujung meja tersebut.

"Phi, proposalku belum selesai lho." Adu Kongphob.

Sayangnya Arthit tak peduli. Pria berkulit putih itu malah dengan seenak jidat duduk tepat di atas meja, di depan Kongphob. Mempertontonkan dengan jelas paha mulusnya pada sang kekasih.

"Phi.." Kongphob mulai ragu pada kemampuan menahan nafsunya.

"Sstt.." telunjuk kanannya dibawa ke depan mulut memberi tanda agar adik tingkatnya itu diam.

Belum juga pertanyaan-pertanyaan Kongphob terjawab, Arthit sudah mengalungkan kedua lengannya pada leher Kongphob. Badannya dicondongkan ke depan membuat wajahnya dan wajah Kongphob menyisakan jarak tak lebih dari dua centimeter.

"Kong," bahkan desah nafasnya terasa hangat menerpa wajah Kongphob.

"Berapa lama kau mengabaikanku sejak tadi demi proposalmu itu?" Tambah Arthit.

Kepala Kongphob otomatis menengok ke arah jam dinding di atas tempat tidur.

"Sekitar empat jam?" Jawab Kongphob tak yakin.

Arthit menjauhkan wajahnya. Tersenyum mengejek pada sang kekasih. "I think more than that."

"Maafkan aku phi, tapi.."

"Stt.." lagi-lagi jari telunjuk Arthit ikut ambil bagian. Kali ini tepat ada di depan mulut Kongphob.

"Aku tak butuh maafmu sekarang."

"Jadi, apa yang kau mau phi?"

Arthit tersenyum puas. Kongphob masuk perangkap. Wajahnya mendekat lagi pada Kongphob. Kali ini begitu dekat. Bergerak sedikit saja maka bibir mereka akan menempel.

Cup

Satu kali kecupan cepat dilayangkan Arthit. Membuat sekujur tubuh Kongphob seketika bagai terkena kejut sengatan listrik.

"Kalau aku mau ini, boleh?" Jari panjang Arthit mengelus sensual bibir tebal Kongphob.

"Pp..p..phi.." panggil Kongphob terbata. Berharap dapat me yadarkan Arthit dari tingkah luar biasanya.

Satu alis Arthit terangkat. "Uh, tak boleh ya?"

"Bb..bukan begitu."

"Tapi katamu.."

"Biarkan aku sebentar saja menyelesaikan proposalku, lalu setelah itu kau bisa memilikiku seutuhnya. Bagaimana phi?" Nego Kongphob.

Pasalnya proposal sang mantan bulan kampus sudah harus selesai besok dan nyatanya karena kemarin-kemarin dia tak sempat menyelesaikannya gara-gara mengurusi Arthit yang sakit demam, maka si rajin Kongphob jadi sedikit melenceng dari julukan rajinnya.

Arthit memandang tajam dengan ekor matanya. Menunjukkan lirikan tak suka.

"Bukan hakmu kali ini untuk mengatur, Kong. Hakmu adalah memilih. Me or that fucking proposal?" Tangannya sudah berganti tempat bersedekap angkuh dengan dagu terangkat.

Kongphob diam sejenak. Membuat Arthit mencuri lirik penasaran dengan keputusan kekasih hatinya.

"Phi.. sebentaaar saja ya. Biarkan proposalku selesai dulu. Besok deadline-nya phi.." mohon Kongphob.

"Au, I got it." Arthit turun dari posisinya duduk di meja belajar.

Mencondongkan tubuh membuat mulutnya tepat ada di dekat telinga Kongphob. "Kau melewatkan kesempatanmu, Master." Dengan suara rendah nan menggoda.

Kongphob bersumpah adiknya di bawah sana bisa langsung bertambah ukuran hanya karena mendengar suara Arthit yang begitu sexy. Menurutnya.

Arthit menegakkan badannya. Berbalik menghadap pintu keluar. "Aku mau pulang. Jangan cari aku sampai dua hari ke depan." Meninggalkan begitu saja Kongphob yang melongo parah karena terlalu lama loading.

Brakk !!

Suara pintu ditutup keras menarik kembali kesadaran Kongphob. Matanya mencari namun tak lagi ditemuinya Arthit di dalam ruangan.

"PHI, AKU BERUBAH PIKIRAN PHI !!"

Sayang, telat.

😪😪😪








End











Vote sama commentnya mana? 🙄

Sorry for typo and thankyou 😉

ONESHOT (Random Couple) (bxb)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang