Prequel (Peraya)

2.3K 192 37
                                    

Sesuai judul, ini sebenernya prequel dari cerita sebelumnya yang judulnya "Affair". Udah baca kan? Yang belum baca atau yang lupa ceritanya boleh baca ulang dulu.









Singto Pov

Hampir setengah hari aku melakukan seleksi pada tiap calon sekretarisku, namun hasilnya masih belum ada. Tak satupun dari mereka masuk dalam kriteria sekretaris yang kuinginkan. Padahal aku sudah sangat membutuhkannya.

Beberapa hari yang lalu sekretaris pribadiku, Alice mengundurkan diri karena akan menikah. Makanya sekarang aku harus menemukan penggantinya sebelum pekerjaan-pekerjaan ini semakin mencekikku jika tak ada yang membantu.

"Masih ada pelamar?" Tanyaku pada Neen, sekretaris pengganti sementara. Neen adalah anggota bagian pemasaran sehingga tak bisa kupindah begitu saja jadi sekretarisku.

"Masih banyak, pak." Jawabnya setelah melongok keluar ruang dimana para pelamar itu mengantri.

"Lanjut besok saja, aku lelah. Percuma juga dari tadi tak ada yang masuk kriteria."

"Tapi pak, bahkan dari kemarin kita belum menemukan orang yang tepat."

"Masa bodoh, Neen. Paling setelah ini yang masuk juga sama tak becusnya seperti sebelum-sebelumnya. Aku mau pulang saja."

"Pak pelamar yang..."

Tok tok tok

Belum juga Neen menyelesaikan kalimatnya, sebuah kepala melongok dari pintu diiringi suara ketukan.

"Permisi, apa saya sudah boleh masuk?" Tanya orang di depan pintu itu. Wajahnya menunduk, hanya terlihat rambut legamnya.

"Tidak. Besok saja ke sini lagi." Tolakku. Tak tahu apa dia, aku sudah sangat lelah.

"Tolonglah pak, saya benar-benar membutuhkan pekerjaan ini."

"Kubilang tidak, ya tidak. Pulanglah."

"Bapak boleh mengetes saya terlebih dahulu, pak. Saya mohon." Melasnya.

Neen sudah hendak mencegah orang itu sebelum aku mengangguk. Melayaninya barang semenit lalu tolak saja. Tak lama kan?

"Suruh masuk saja."

Neen mengangguk. Menghampiri orang di pintu itu lalu dia sendiri kembali keluar.

Pemuda berkemeja biru muda itu masih menunduk sampai tiba di depan mejaku. Memangnya apa menariknya sih lantai di bawahnya dibanding wajah tampanku?

"Duduklah." Perintahku.

"Baik, pak." Dari dekat begini suaranya kenapa jadi terdengar lembut?

Perlahan wajah si pemuda mendongak setelah duduk sempurna di hadapanku.

"Ini berkas lamaran saya, pak."




....




Author Pov

"Ini berkas lamaran saya, pak."

Ada kilat keterkejutan di wajah kedua orang yang saling berhadapan itu. Meskipun dengan cepat kuduanya dapat menguasai mimik masing-masing.

"Kau... Krist kan?" Tanya Singto ragu.

Pemuda di hadapannya mengangguk. Senyum manis menghiasi paras rupawannya. "Kukira Phi Sing sudah lupa."

"Mana mungkin aku lupa pada adik kelasku." Sekaligus mantan cinta monyetku -lanjut Singto dalam hati.

"Ya siapa tahu kan? Kau kan sudah sukses jadi CEO PRC Hotel sekarang."

ONESHOT (Random Couple) (bxb)Where stories live. Discover now