"Jangan ganggu tidurku, Nessa. Aku baru pulang jam sepuluh malam tadi karena lembur," keluh Seroja seraya menutup kepalanya dengan bantal.

"Ayolah, kak. Bangun dan bersinarlah!"

Seroja mengabaikan usaha Nessa untuk bangun pagi. Ia baru saja akan kembali ke alam mimpi jika saja ia tidak merasakan sebuah beban berat menimpa tubuhnya.

"The sky's awake, so I'm awake. So... we have to play!"

Alis Seroja terangkat sebelah mendengar Vanessa mengucapkan dialog Putri Anna dalam film animasi Frozen. Sepertinya kembarannya itu masih terkena demam Frozen yang baru saja tayang dua hari lalu di bioskop - hari dimana Vanessa sukses membuat dompetnya nyaris berisi recehan.

Sedetik kemudian Seroja merasakan Vanessa tidak lagi menindihnya. Gadis itu memanggil namanya lalu mengetuk sesuatu seolah mengetuk pintu. Atau mungkin dia memang sedang mengetuk pintu?

Do you wanna build a snowman?

Come on let's go and play

I never see you anymore

Come out the door

It's like you've gone away-

We used to be best buddies

And now we're not

I wish you would tell me why!-

Do you wanna build a snowman?

It doesn't have to be a snowman.

Mata Seroja terbuka lebar dalam sekejap bersamaan dengan remasan menyakitkan dalam dadanya. Entah perasaannya atau bukan, ia merasa jika adiknya itu sedang mengutarakan perasaannya sendiri. Dulu - ketika masih anak-anak, mereka selalu bersama. Bermain, belajar, bahkan tidur pun bersama.

Namun tiba-tiba saja mereka berpisah. Vanessa diasuh oleh keluarga pamannya, hidup dalam kasih sayang dan kehangatan keluarga meski bukan dari ayah dan ibu kandungnya. Sedangkan Seroja yang tinggal bersama ayah kandungnya, hidup dalam kebencian dan dinginnya kegelapan. Seperti Anna dan Elsa.

"Ayo, kak. Tiga kata yang diucapkan Elsa." Suara Vanessa menyentakkan Seroja dari lamunannya.

Seroja pura-pura menghela nafas gusar seraya menyandarkan diri di kepala ranjang dan memeluk bantal putih bermotif simbol salju favoritnya. "Go away, Anna."

"Okay. Bye...," balas Vanessa dengan pose sedih yang terlihat lebay bagi Seroja.

Seroja menggeleng-geleng heran melihat tingkah adiknya. Pun ketika Vanessa memaksanya untuk cepat mandi karena makan siang sudah tersedia di meja makan. Ia segera menuju lantai bawah setelah mengenakan kaus kebesaran dengan motif barong khas Bali. Langkahnya terhenti, ia terpaku menatap meja makan penuh dengan berbagai masakan.

Mulai dari rendang favoritnya sebagai pendamping nasi hangat, apfelstrudel dengan es krim vanila, dan setoples biskuit dengan icing biru.

"Selamat ulang tahun kedua puluh, kakakku sayang!" seru Vanessa girang sambil menyuguhkan secangkir moccacino yang masih mengepulkan uap panas.

Seroja terdiam agak lama sampai kemudian bertanya, "Memang sekarang tanggal berapa?"

"Tiga Desember. Kakak lupa?"

Bukan saja lupa. Tapi Seroja memang tidak pernah merayakan lagi hari ulang tahunnya. Terakhir kali ketika dia sekolah dasar, entah kelas berapa. Yang pasti sebelum keluarga hangatnya hancur berantakan. Ada perasaan aneh yang tidak pernah lagi yang ia rasakan. Senang.

When The Darkness Calling BackWhere stories live. Discover now