62. (bukan) Orang Asing

1.5K 170 30
                                    

Dia temennya Bang Andi.
-Ciara

...

Dua bulan setelahnya.

Keadaan mulai terasa aman, Rama sudah kembali bekerja, pun Gavin juga. Andi dan Raffano, dan Jonathan juga sudah mulai aktif ke kampus dikarenakan UAS sudah semakin dekat, sedangkan Ciara masih menekuni masa liburannya bersama Kakak Ipar.

Sesekali Kashi akan datang, ya tentu saja, rumahnya tidak lebih baik daripada rumah Rajendra. Sejak kecil Kashi memang tidak terlalu akur dengan kakaknya, Kanna. Bukan mereka saling membenci atau menyimpan rasa tidak suka, hanya saja kepribadian mereka yang bertolakan membuat keduanya jarang terlihat bersama.

Ditambah lagi, Kanna selalu sibuk dengan dunianya, pun Kashi dengan dunianya, menjadikan keduanya jarang menjalin komunikasi intim sehingga keduanya jarang terlihat akrab. Saat ini, Gava adalah satu-satunya orang yang menjadi temannya saat Kanna menyibukkan diri lagi, lagi, dan lagi.

Kashi mendesah sedikit kecewa, kehadiran Ezra membuat waktunya dan Ciara banyak tersita. Saat Kashi ingin ke rumah itu untuk bertemu Ciara dan bercerita ala-ala gadis remaja, seperti yang biasa mereka lakukan, Kashi justru harus putar haluan ke kamar Gava dan membiarkan Ciara terus bersama dengan Ezra. Menyebalkan. Ezra mengambil orang terdekatnya tanpa seijin. Itu menjengkelkan.

Tapi, meski begitu, Kashi tetap tidak bisa mengajukan protes dan menjauhkan Ezra dari sahabatnya, sebab dia terlalu tahu, jika presensi Ezra begitu diharapkan di rumah ini. Mulai dari Andi, Jonathan, Lisa, si Kembar, bahkan Rama pun menyukai sosoknya.

Ah, iya, Raffano. Meskipun pemuda tampan itu terlihat tidak terlalu menyukai Ezra, tapi Kashi tau betul jika pemuda itu sejujurnya menyukai setiap perlakuan Ezra terhadap adiknya, dan ya, Kashi pun sebenarnya tidak membenci Ezra.

Ibarat ... Ezra terlalu baik untuk dibenci, tapi Kashi tidak suka saat pemuda itu mengklaim Ciara sesukanya. Ya, kira-kira seperti itu.

"Ciara juga ngerasain yang sama, kok, Pacar." Gava mengusap kepala kekasihnya lembut.

Kashi mendongak, menatap manik Gava yang kini memenjarakannya dalam pesona itu lagi. Tatapan Gava adalah salah satu pesona yang benar-benar sukar ditepis.

"Pas kita baru jadian, aku selalu memonopoli semua waktu kamu, dan jadilah Ciara sendirian terus." Gava mencoba memberi pencerahan. "Dia selalu ngabisin waktu berdua sama Jonathan dan Andi, atau sesekali jalan sama Raffa, kalo udah boring parah. Dia bahkan duluan ngerasain apa yang kamu rasakan ini. Dia duluan ngerasain gimana rasanya kehilangan yang nggak bener-bener kehilangan. Dia duluan ngerasain gimana rasanya punya sahabat tapi udah enggak bisa diajak main lagi."

Kashi tertegun. Benarkah? Benar begitu?

"Dia juga pernah marah-marah ke aku, bilang supaya aku nggak terlalu menguasai semua waktu kamu. Tapi ya, kita sama-sama tau Ciara nggak seegois itu, dia ngomongnya keliatan bercanda tapi sebenarnya dia berharap besar supaya kamu bisa balik kayak dulu. Jadi ... karna Andi juga kasian sama Ciara, jadilah Andi nyari tau seluk-beluk Ciara di sekolah. Nyari tau tentang siapa aja temennya, sama siapa aja yang lagi tertarik sama dia."

"Jadi Ezra?"

Gava mengangguk. "Iya. Andi semua yang ngatur. Aku juga nggak ngerti gimana Andi bisa tau kalo Ezra naksir Ciara sedangkan kamu yang sahabat paling dekatnya aja nggak tau, kan?" Kashi mengangguk kaku, benar-benar diluar dugaan. Jadi kehadiran Ezra di kehidupan Ciara itu berdasarkan kerja keras Andi? Ya Tuhan.

"Bang Andi parah banget, ya?"

Gava terkekeh kecil. "Kayak kamu nggak tau Andi aja, ah. Andi sebelas dua belas sama Jonathan sih sebenarnya, bedanya cuma bisa diliat dari cara kerja mereka. Kalo Jonathan blak-blakan, songong, langsung nunjukin keposesifannya, nah Andi justru lebih suka main sembunyi-sembunyi. Kalo kamu masuk ke kamar Andi, kamu pasti dibuat nggak percaya sama apa yang kamu liat di sana. Tapi ya, jangan ke sana." larangnya kemudian sembari cengengesan.

SIBLING'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang