25. Toko Buku

2.8K 180 7
                                    

Oke-oke, save
-Jonathan

***

JONATHAN dan Raffano saat ini sedang berada di Toko Buku. Entah apa yang akan Jonathan lakukan di tempat itu dengan Raffano, tapi kelihatannya mereka berdua sedang serius mencari buku. Mungkin jika mendengar Raffano yang pergi ke Toko Buku, itu tidak akan mengherankan -- mengingat pemuda berusia sembilan belas tahun itu adalah tipikal penyuka buku. Tapi jika Jonathan?

"Tumben banget," gumam Raffano untuk yang kelima kalinya.

Jonathan yang melihat wajah tengil abangnya itu hanya melolos pergi tanpa mempedulikan sang abang. Ia berpindah ke rak buku yang lain. Meninggalkan Raffano yang hampir mengumpat kasar jika saja ia tidak ingat bahwa Jonathan itu adalah adik kesayangan Gava, si berandal tampan itu.

Tak mau terbungkus dengan rasa kesalnya, Raffano memutuskan untuk mencari buku juga, ia ingat bahwa kemarin kekasihnya memintanya untuk membelikan sebuah buku sejarah mitologi.

Entah untuk apa dan kenapa kekasihnya meminta buku jenis itu, yang pasti Raffano harus membeli agar jangan membuat kekasih manjanya itu marah.

Ribet, kalo kata Ciara.

"Ah, nggak ada stok lagi," Raffano menekuk alisnya bingung, "nyari kemana lagi, ya?" lanjutnya berpikir keras.

Dan tiba-tiba tempat lain terlintas dalam kepalanya. Buru-buru pemuda itu meraih ponsel di saku jaketnya dan mengeluarkan ponsel dari sana. Men-dial nomor Jonathan dan berkata,

"Gue duluan, lo lama banget. Pacar gue minta ketemu," dan tanpa mendengarkan sumpah serapah Jonathan yang pasti akan segera menghujaminya, Raffano memutus panggilan.

Membuat Jonathan yang kebetulan berada dekat dengannya seketika menghampiri sang abang.

"Ngapain si? Lo ke sini buat nemenin gue kok malah pergi sih, Bang?" gerutu pemuda berambut ikal itu pada abangnya. Wajahnya masam dan membuat Raffano jengkel dengan sifat manja adiknya yang sudah keluar itu.

"Ya elah, lo ke mana-mana juga biasanya sendiri. Nggak usah manja gitu deh, udah gede," kata Raffano mengomeli adiknya.

Jonathan merengut. Bibirnya manyun dengan alis menekuk kesal. Tatapannya bahkan menajam pada sang abang. Ia diam dan malas mengeluarkan argumen. Tapi hatinya kesal karena harus ditinggal sendirian di sini.

"Gue ikut pulang deh," putusnya cepat.

"Ya udah, pulang sendiri," Raffano mengangguk setuju dengan ucapan adiknya, "gue mau ketemu sama pacar gue, bukan mau pulang,"

"Anjir," kesal Jonathan.

"Jadi lo mau pulang atau gimana nih? Kalo mau nebeng sama gue, ya paling-paling gue anter sampe depan kompleks," kata Raffano lagi.

Jonathan memicing.

Raffano diam menunggu keputusan adiknya itu. Dalam hati ia heran, kenapa adiknya ini tiba-tiba manja?

"Ya udah, gue balik belakangan aja, lo duluan,"

"Nah gitu dong dari tadi!" Raffano langsung menepuk bahu adiknya semangat dan meninggalkan adiknya itu. Ia melangkah menjauhi Jonathan menuju ke pintu masuk, sesekali pemuda itu menoleh melihat wajah adiknya yang tampak kesal itu.

Biarin aja deh, lagian gue bingung kenapa tuh anak tiba-tiba balik manja kek dulu, batin Raffano sembari menggeleng-geleng kecil sembari melewati pintu kaca toko itu.

Sepeninggalan abangnya itu, Jonathan langsung berbalik ke rak buku yang tadi dan berdiri diam di sana sembari memantau seseorang. Sebenernya niatnya ke sini bukan untuk membeli buku. Ia sengaja hanya karena ingin melihat gadis itu.

SIBLING'SWhere stories live. Discover now