50. Nggak Sakit

2.3K 207 55
                                    

Andi suka gitu emang tuh, sakit tapi nggak mau dituduh sakit.
-Gavin

...

INGATKAN Jonathan untuk berterima kasih pada adik bungsunya yang dengan begitu telaten merawatnya meskipun dengan iringan menyebalkan semacam mengomel.

Pas Jonathan minum obat, Ciara mengomel.

Pas Jonathan disuapin makan, Ciara mengomel.

Pas Jonathan dilap pake handuk basah karna belum bisa mandi, Ciara juga mengomel.

Pas Jonathan diam-diam makan buah dari kulkas, Ciara lagi-lagi mengomel.

Padahal saat itu Jonathan sudah hampir-hampir-hampir sembuh. Tapi memang dasar Ciara yang kelewat gampang panik, jadilah Jonathan harus menahan telinganya yang mulai panas akibat omelan dari adik bungsunya itu. Ciara menyebalkan kalau lagi ngomel, tapi juga gemesin kalo lagi marah.

Namun, berkat usaha keras adiknya itu, lihatlah ... sekarang Jonathan sudah bisa berenang dengan Raffano. Kuliah online. Raffano dan Andi terpaksa menjalankan pembelajaran lewat online, sulit memang, tapi apa mau dikata?

Jadi, setelah mengusili Ciara dan Kashi yang tengah curcol ala-ala gadis remaja, Jonathan berlari ke kamar Raffano dan mengajaknya main air. Berenang. Disusul Lisa yang datang membawakan dessert untuk kedua adik iparnya.

Hari ini rumah sangat ramai karena semua anak Rajendra ada di rumah. Tidak ada yang kerja, tidak ada yang keluar.

Rama dan Lisa sedang duduk di gazebo dekat kolam sembari menonton Raffano dan Jonathan yang tengah berlomba-lomba sampai di pinggiran kolam. Lomba kecil-kecilan.

Andi ada di kamarnya bersama dengan Gavin dan Ciara. Sedangkan Gava dan Kashi sudah melancarkan aksi mereka untuk pacaran.

Membahas tentang hubungan kedua orang itu, Gavin jadi teringat sesuatu.
"Di, kamu tau 'kan kalo Gava nggak pernah pacaran sewajarnya?"

Ciara yang mendengar pembukaan dari Gavin, mau tak mau membuka mata dan menatap wajah Abangnya yang ada tepat di atas wajahnya. Dagu tegap serta rahang tegas itu menjadi objek utama yang ia amati, oh, dan jangan lupakan janggut halus yang ada di permukaan kulit dagu Gavin.

Andi yang ditanyai begitu mengangguk sekali, pelan, dan nyaris tidak terlihat.

"Ehm ... Abang bukannya mau menuduh, tapi hubungan Gava sama Kashi masih dalam batas wajar, kan?"

Kepala Gavin menunduk untuk melihat gurat aneh dari wajah Ciara yang berada di bawahnya. Usapan halus kembali ia berikan untuk menepis raut wajah Ciara.

"Abang cuma mau waspada aja, Dek. Kita semua tau Gava orangnya kayak apa. Abang khawatir Kashi ..."

"Kashi bisa jaga diri."

Ciara menggeser sedikit kepalanya dan menatap Andi yang sama sekali tidak melepas pandangannya dari laptop. Nampak begitu fokus tapi diam-diam ikut dalam perbincangan.

"Iya. Abang tau. Tapi, Di, yang namanya laki-laki, kalo udah biasa main jauh, bakalan ngerasa aneh kalo cuma sebatas pegangan tangan aja."

"Kashi bisa jaga diri." Kalimat itu lagi yang Andi katakan, masih tanpa menatap lawan bicaranya.

Sampai di situ, baik Gavin ataupun Ciara, keduanya paham jika pembahasan ini terpaksa harus dihentikan. Andi tidak menyukai bahan pembicaraan yang dibuka Gavin.

"Apa yang Bang Andi tau, Ciara juga mungkin tau."

"Hm?"

"Kata 'jauh' yang lagi kalian bahas ini ... Ciara nggak paham, Bang. Tapi Ciara tau, kalo Kashi sama Bang Gava emang udah nggak sebatas pegangan tangan lagi."

SIBLING'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang