01. Alarm

13.8K 552 5
                                    

Kamu 'kan punya banyak cowok dirumah ini, ngapain sama cowok lain lagi, Ra?
-Raffano

...

CIARA berjalan terburu-buru menuju kolam berenang di samping rumah. Bahkan beberapa kali ia hampir terjatuh akibat tersandung kakinya sendiri. Rambut pendeknya terbang ke kanan-kiri seiring langkah kakinya. Matanya menyorot tajam dan tidak memperdulikan Raffano yang sedang di bawah tangga melihatnya berlarian.

"Jonathan!" teriak Ciara sesaat setelah ia tiba di tepi kolam.

Disana ada Gavin, Andi dan Jonathan. Ketiganya menatap si bungsu yang sedang berdiri tak jauh dari mereka. Kelihatannya, Ciara baru saja bangun tidur.

"Panggil 'abang', Dek." Andi meralat bahasa adiknya itu.

"Tau nih, Bocah, nggak pernah sopan." Gavin menimpali.

Ciara tidak merespon kedua abangnya itu. Ia segera berjalan cepat kedepan mereka lalu melotot kesal pada Jonathan. Ia memukuli Jonathan kesal hingga membuat pekikan nyaring terdengar dari belah bibir Jonathan. Dan di karenakan tenaga Ciara yang tidak seberapa, Jonathan berhasil menyingkirkan tangan adiknya. Ia melotot kesal.

"Eh, lo apaan, sih? Dateng-dateng mukulin gue. Nggak sadar tangan lo besi, ha? Pergi lo!" usir Jonathan telak.

"Kalian kenapa, sih? Berisik! Anak kembar dilarang tengkar. Nggak baik," ujar abangnya yang lain datang dari arah rumah.

"Ciara nggak punya kembaran! Bang Gavin tuh yang kembar." Ciara membantah kalimat Raffano, "Bang, masa Nathan ngotak-ngatik alarm Ciara, Ciara ada janji sama temen sore tadi. Ih, lo kok rese, sih, ha?!" Ciara mengadu pada Andi lalu memarahi Jonathan kemudian.

Ke-empat abangnya itu menggeleng heran. Ini anak gadis tapi cerewetnya sangat berlebihan. Seperti ibu-ibu. Teriakannya kadang melebihi sangkakala. Oke, hiperbol sekali.

"Lagian lo bohongin kita. Gue tahu kali lo mau jalan sama cowok, kan? Hayooo, ngaku nggak lo? Gue aduin Bang Rama juga lo entar," ujar Jonathan mengancam.

"Ih, cowok? Gue jalan sama Kashi, woi! Apaan lo sotoy banget!" Ciara memukul bahu Jonathan kesal. Jonathan ini mulutnya sangat-sangat licin. Susah sekali diajak kerja sama.

"Halah, ngeles mulu lo, basi. Kashi aja lagi liburan, kemaren perginya, dia pamit ke Bang Gava. Mau apa lo? Mau ngibulin kita lagi? Mulai berani bohong lo, ya?" Jonathan mencubit betis Ciara hingga adiknya itu berteriak kencang lalu terjatuh ke lantai tepian kolam.

"Abang," rengek Ciara mengadu pada Andi.

"Idih, ngadu, cemen." Gavin mengejek Ciara yang sedang merengek.

Andi menatap tenang. "Apa? Benerkan kamu nggak jalan sama Kashi? Mau dapet pembelaan apa?"

"Mampus, nggak dibela," ejek Jonathan sembari memeletkan lidahnya keluar.

Ciara hendak membalas namun aksinya ditahan oleh Gavin. Gavin menahan tangan adiknya itu agar tidak melakukan kekerasan lagi.

"Ciara mau kemana emang?" tanya Gavin berubah perhatian.

"Mau nge-date 'tuh bang," ujar Jonathan.

"Jo," tegur Andi.

"Temen ngajakin main ke Dufan." Ciara menjawab.

"Cowok?" tanya Gavin lagi.

"Iya."

"Nah, lo! Akhirnya ngaku!" Jonathan bertepuk tangan senang. Ia tidak akan tenang sebelum adiknya itu menangis. Ia dendam. Karena ia punya urusan negara dengan Ciara.

SIBLING'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang