32. Quality Time Minus Gava

2.8K 205 8
                                    

Seseorang yang bisa menerima apa adanya juga bisa ngerasain jenuh kali, bang.
-Ciara

***

SUARA tamparan keras itu menghentikan langkah Gava dan juga Jonathan. Well, jangan tanya kemana Nita, tentu saja gadis itu sudah diusir Jonathan karena membuat adiknya marah seperti tadi. Asal kalian tahu ya, Ciara itu gadis yang meskipun sedikit kasar, tapi dia akan berpikir ratusan kali untuk marah dan bersarkasme seperti tadi. Itu bukan tipenya. Dan saat tanpa sengaja Jonathan melihat wajah pias adiknya, ia paham betul jika hati kecil adiknya benar-benar telah tercubit.

Mengusir Nita juga bukan perkara sulit baginya karena sejak dulu Jonathan memang tidak pernah menyukai gadis kecentilan itu.

Dan disinilah mereka berpijak, terdiam di depan pintu kamar Kashi dengan isak tangis dan suara Ciara yang menggema frustasi. Dan ya, harus Jonathan akui jika dirinya terkejut saat tahu ternyata Kashi dan abang brengseknya menjalin hubungan spesial. Itu lumayan mengejutkan, sih.

"Parah, nggak bisa dibiarin nih," gumam Gava hendak masuk saat suara Ciara sudah berhenti dan berganti dengan isakan tangis Kashi, "Kashi bisa bener-bener mutusin gue. Nggak, ini nggak bisa dibiarin,"

"Diem dulu napa sih, Bang. Ini masalah cewek. Jangan nimbrung sembarangan dulu ngapa, slow down , kalem lo." sergah Jonathan dengan cepat saat Gava hampir saja menyelonong masuk dan merusak semuanya, "pake otak deh, kalo lo masuk, apa yang terjadi sama mereka berdua?"

Gava bergeming.

"Tuh kan nggak bisa jawab, goblok sih." celetuk Jonathan asal.

"Nggak sopan ya lo lama-lama, gue lempar juga lo ke kolam buaya!"

"Diem napa sih, ah elah! Ngeyel banget jadi abang," geram sang adik tertahan.

"Ya terus gue harus ngeliatin mereka aja gitu? Maksud lo gue harus terima-terima aja kalo ntar diputusin? Ogah lah! Baru juga jadian, masih sayang-sayangnya nih, Bego."

"Emang lo sayang sama Kashi?" tanya Jonathan penuh selidik.

"Ya kalo nggak sayang nggak bakal gue tembak lah, Goblok!"

"Mantan-mantan lo dulu, lo tembak tanpa rasa sayang tuh. Kenapa yang ini beda?"

"Lo jadi adek bisa sopan dikit, nggak sih, Jo? Gue makin sayang nih,"

"Alesan lo nggak bisa gue terima soalnya, bang. Makanya adek ganteng lo ini nggak bisa percaya," balas Jonathan membela diri. "Bang, ini tuh masalah mereka, ya meskipun lo pemicunya tapi biarin mereka tenang dulu. Ntar kalo lo masuk, yang ada kejadian yang dulu kejadian lagi. Mereka berantem sampe berhari-hari, canggung, aneh, rumah jadi sepi tau. Lo tau sendiri Ciara tanpa Kashi kayak apa,"

"Tapi gue nggak bisa tenang nih," sungut Gava lagi, "Kashi digampar loh itu,"

"Iya, tau. Makanya diem dulu, nanti kita masuk pas Ciara udah bisa nenangin Kashi. Dibanding Ciara, lo nggak ada apa-apanya kali, bang."

"Bangsat!"

"Hehehe..."

***

Ingatkan Ciara untuk berterima kasih pada Jonathan yang selalu mengerti dirinya lebih baik dari siapa pun saudaranya. Jadi, waktu yang hampir rusak karena kegegabahan Gava bisa terselamatkan dengan aman. Ya, itu sangat membantu.

Jadi, saat ini, Ciara masih memandangi wajah sahabatnya dengan pandangan yang sarat akan kasih sayang namun terbungkus dengan rasa kecewa yang kian surut. Tangis Kashi selalu menjadi salah satu kelemahannya, entah sejak kapan, tapi ia tidak pernah menyukai wajah sendu sahabatnya itu. Kashi itu bagai saudara yang terasa seperti belahan jiwa. Jadi kala mata itu memerah, menitikkan kristal dari pelupuk, ada rasa bersalah dalam ruang kecil dihatinya.

SIBLING'SWhere stories live. Discover now