07. Menyayangi Ciara

5.7K 330 3
                                    

Alasan gue klasik? Emang alasan gue ada di pajang di museum?
-Jonathan

...

SEMENJAK penolakan Jonathan pada Tommy satu minggu yang lalu, pemuda itu jadi jarang menemui Ciara ke kelas lagi, membuat Ciara terus diteror oleh Nita karena tidak lagi dikunjungi oleh pemuda itu. Terkadang mereka hanya sekedar bersua saat di kantin atau di aula saja, selebihnya ... tidak lagi. Seperti sengaja menghindar.

Ciara sebenarnya tidak tahu apa yang terjadi pada Tommy, tapi daripada membuat semuanya menjadi aneh, ia lebih memilih untuk diam dan tidak ingin mengungkit hal itu lagi. Karena bisa saja, Jonathan datang menemui Tommy diam-diam dan mengatakan sesuatu tanpa sepengetahuan Ciara.

Jika sudah begitu, Ciara akan memilih diam. Tidak mau mempersulit keadaan dengan menentang abangnya yang berwajah sama sepertinya itu.

Ngomong-ngomong, jika diperhatikan lebih jauh lagi, mereka menang sangat mirip. Tidak heran jika mereka dikatakan kembar oleh banyak orang.

"Ra, Ra, Ciara," Kashi yang berjalan di samping Ciara segera menepuk bahu gadis itu heboh.

Sakit juga sebenarnya.

"Apa sih lo! Sakit, Anjir!" Ciara menepis tangan Kashi kasar lalu menatap gadis itu tegas.

Kashi tidak mempedulikan ekspresi kesal yang ditujukan padanya, buru-buru ia menuntun wajah Ciara untuk melihat kerumunan di ujung koridor. Ada beberapa gadis-gadis di sana, sekitar empat orang, dan ada juga ...

... Jonathan.

"Bang Jo, Ra!!!" Kashi menggoyang lengan Ciara cepat lalu menarik tangan itu untuk mendekati kerumunan tadi.

Merasa tangannya ditarik paksa oleh Kashi, Ciara tersadar dari keterkejutannya lalu ikut melangkah menuju tempat itu.

Mereka bersembunyi di balik pilar yang terbilang cukup besar untuk menutupi tubuh kecil mereka. Mereka bersembunyi di tempat yang berbeda. Melirik dengan baik seolah mereka sudah sangat berbakat dalam hal sejenis ini. Intip mengintip.

Menguping dulu baru ikut menyerang. Itu konsep mereka untuk menguntit para abang-abangnya.

"Lo brengsek!" maki salah seorang gadis pada Jonathan yang hanya menatap datar seolah tidak terganggu sama sekali. Sangat Jonathan sekali.

"Terus?" Jonathan menatap gadis itu lekat, dari nada suaranya Ciara bisa merasakan bahwa Jonathan sebenarnya merasa risih.

"Ya lo brengsek!" ulang gadis itu lagi.

"Lo tau brengsek, kenapa mau jadi pacar gue?" ujar Jonathan santai.

Pacar?

Ciara dan Kashi saling tatap sebentar lalu kembali melirik ke arah abangnya.

"Gue cuma nggak nyangka aja, ternyata sifat brengsek lo ini bakalan kena ke gue juga." Gadis itu berucap tegas, "selama ini gue tutup kuping supaya nggak dengar semua omongan orang tentang sifat jelek lo, gue juga tutup mata seolah-olah gue nggak tau perbuatan lo yang kadang kelewatan sama cewek-cewek. Gue pura-pura nggak tau itu semua karna gue yakin lo nggak seburuk itu!! Nyatanya ... Lo emang brengsek ya,"

"Denger ya, Pacar--"

"Jangan sebut gue pacar lo!!" Gadis itu berteriak kencang.

"Okay, okay, no problem." Jonathan mengangguk menerima, "... denger ya, siapa nama lo tadi? Lupa gue," dengan kurang ajarnya, Jonathan bertanya siapa nama pacarnya sendiri tepat di hadapan kekasihnya itu. Luar biasa bajingan.

SIBLING'SWhere stories live. Discover now