42. Hari Rasa Nano-Nano

2.1K 194 10
                                    

Aku sampe dijauhin beberapa temen cewek karna mereka mikir aku terlalu sombong dan manja, mereka sering bilang kalo aku gadis lemah yang apa-apa selalu butuh bantuan bang Jo dan Kashi.
-Ciara

***

SEPULANG sekolah, Ciara yang seharusnya pulang bersama dengan Jonathan kini hanya pulang berdua dengan Kashi. Naik taksi. Rasanya aneh, biasanya abang-abangnya akan khawatir saat ia mengendarai angkutan umum seperti ini, mereka akan selalu merepet.

Rasanya Ciara mau menangis saja sekarang.

Usapan pada bahunya tidak pernah absen. Kashi benar-benar bisa diandalkan di situasi seperti ini.

Setiba di depan gerbang rumahnya, Ciara dan Kashi turun.

"Lo pulang aja,"

Kashi menggeleng. "Gue temenin sampe dalem,"

"Pulang aja, gue bisa sendiri."

"Yakin?"

Ciara menganggukkan kepala yakin.

"Ya udah, deh. Kalo ada apa-apa, telpon gue aja, gue langsung cus ke TKP, oke?"

Ciara tersenyum. "Hm,"

Sepeninggalan Kashi yang berjalan ke arah pelarangan rumahnya, Ciara berjalan lesu ke halaman rumah. Hatinya terus merapalkan kata-kata positif sebagai tameng untuk dirinya, ia juga beberapa kali mencoba mengatur napasnya agar tidak terlalu nampak lesu.

Hingga saat kakinya sampai pada pintu putih tinggi, ia mendesah lagi, lalu membuka pintu besar itu.

"Ciara pulang..." ujarnya menyapa.

Hening.

"Pada ke mana, ya?" Melirik ke segala arah sebagai bentuk rasa penasarannya, Ciara tak mendapatkan sosok siapa pun di ruang tengah.

Ia langsung berjalan ke kamarnya dan mengganti baju dengan kaos berwarna biru muda serta celana berbahan sintesis sependek lutut.

Baru saja ia akan keluar kamar dan mengecek seluruh kamar abangnya, pintu kamarnya terbuka dan menampakkan sosok Lisa dari sana.

"Udah makan, Ra?" tanya wanita itu halus.

Ciara menggeleng kecil. "Belum, Kak. Ini mau turun,"

"Kita makan sama-sama, yuk?"

"Ayo,"

"Tapi nggak di rumah, Ra. Makan di luar, mau?" Lisa tersenyum manis mencoba membujuk.

Sebenarnya Ciara benar-benar malas keluar rumah. Sedang malas menghadapi siapa pun saat ini. Tapi melihat tatapan memohon dari kakak iparnya ini membuat Ciara tidak tega.

Ia mengangguk setuju. "Kalo gitu, aku ganti baju dulu deh, Kak."

"Lima menit, ya, Ra."

"Iya,"

***

"Bang Rama emang ke mana, Kak? Tumben banget Kakak sendirian di rumah." Ciara membuka topik pembicaraan setelah sampai di sebuah gerai makanan cepat saji.

"Di kantor. Abang kamu pulang malem deh kayaknya, soalnya tadi dia bilang hari ini jadwal penuh."

Ciara menganggukkan kepala sok paham. "Ehm... Kak, soal kemaren, Kakak sama Bang Rama kenapa bisa pulang sampe maghrib gitu? Nggak biasanya rumah sepi. Mana pulangnya kompakan sama abang yang lain pula."

"Oh itu, kemaren abang kamu ngajakin Kakak jalan-jalan. Ya, hitung-hitung kencan katanya," Lisa terkekeh sejenak, "tapi nggak taunya malah papasan sama Gava, Gavin, sama Jo di depan pintu."

SIBLING'SWhere stories live. Discover now