82. Pemecahan Kasus (2)

488 78 13
                                    

Kita temuin Kashi nanti buat minta maaf, ya?
-Jonathan

•••

"Iya, bener. Ini resto yang sama, cuma beda yang nguntit aja." Rendi menambahi, "foto ini Ezra yang ngambil," sembari melirik Ezra yang hanya mengangguk-angguk halus seolah membenarkan ucapan Rendi tanpa berniat menyombongkan diri.

"Percaya nggak percaya, Ra, nguntit mereka serasa kek lagi serumah sama pembunuh. Sekali ketahuan, habis udah riwayat lo." Dodi menyahut sembari pasang wajah ngeri yang sangat kentara dibuat-buat. Rendi memukul kepala temannya itu lalu tertawa jahil.

"Sialan, kepala gue!" jeritan Dodi menggelegar. "Tapi serius, gue deg-degan parah waktu itu. Lo semua mana tau gimana rasanya."

Faldo melirik Ezra. "Emang gitu, Zra? Berasa kek serumah sama pembunuh?" tanyanya mencoba meminta pendapat.

Ezra terkekeh kecil lalu menggeleng, merasa lucu. "Nggak. Deg-degan, sih, iya. Tapi nggak sampe berasa kek serumah sama pembunuh juga."

Jonathan yang mendengar jawaban Ezra dibuat berdecak. "Itu karna lo emang nggak takut apa-apa, Kampret. Semisal serumah sama pembunuh pun keknya lo oke-oke aja, deh."

Ezra terkekeh lagi. Namun, kali ini tanpa sahutan.

"Gue mau nanya, Bang." Ciara bersuara. "Di foto yang diambil Bang Dodi, bukannya ada 2 orang laki-laki, ya?"

"Oh, itu. Iya, laki-laki itu ternyata Bokapnya cowok ini. Dia cuma mampir, terus pergi lima menit kemudian. Ya, emang ada sesi cipika-cipiki-nya, sih. Mungkin itu yang bikin Bang Gava marah karna dia mikir kalo Kashi selingkuh sama ... sorry, Om-om."

"Bang Gava liat? Bang Gava di sana?"

"Enggak, sih, tapi temennya Bang Gava. Siapa, sih, yang ikal itu? Gue liat dia nguntit dari kejauhan."

Ciara mengangguk paham. "Jadi, ini cuma salah paham? Kashi nggak lagi main Sugar Daddy-an?"

Rendi, Faldo, dan Dodi setempat mengangguk mantap. Sedangkan, Ezra dan Jonathan hanya menjawab dalam hati. Masing-masing punya kejanggalan.

"Gue rasa juga gitu. Lagian dia nggak punya alasan buat ngelakuin hal mesum kayak gitu," sambung Jonathan. "Desakan ekonomi? Nggak mungkin."

"Pertanyaannya, siapa cowok itu sampe Bokapnya berani cipika-cipiki? Berarti Kashi sama cowok itu, dong, yang punya hubungan? Gue pernah ngeliat dia berduaan di Mall, emm ... tepatnya di toko Pakaian Dalam khusus perempuan. Mereka juga ke sekolah bareng tadi." Ingatannya bergulir pada masa lampau ketika dia melihat Kashi di sebuah toko pakaian dalam perempuan. Itu ... bukankah termasuk hal pribadi seorang perempuan?

Rendi lantas mengeluarkan selembar kertas foto lagi. "Coba liat yang satu ini." Digesernya pada Ciara.

Menerima dengan penasaran, Ciara kembali mengamati gambar di tangannya. "Ini Kak Kanna?"

"Yaps," Rendi mengangguk, "masih dengan mata-mata yang sama. Bedanya pada saat ini gue diminta datang ke lokasi dan diminta ngeliat apa yang jadi kunci dari semua kesalahpahaman ini."

"Salah paham? Salah paham apa lagi?" Ciara dibuat semakin penasaran.

Ini membuatnya tidak nyaman, semakin Rendi menunjukkan satu persatu foto yang dia dapat, semakin Ciara dibuat terkejut dengan fakta-fakta yang tidak masuk akal, tapi terasa saling berhubungan.

Kesalahpahaman.

Salah paham macam apa yang telah terjadi hingga Kashi berubah sejauh itu?

"Perhatiin baik-baik foto itu, Ra. Itu Kanna sama cowok itu." Ciara menatap lamat pada sosok dalam gambar yang ditunjuk oleh Faldo. "Liat foto yang pertama, baju yang mereka pake sama."

SIBLING'SWhere stories live. Discover now