59. Memastikan

1.7K 174 36
                                    

Dia juga suka sama gue
-Ezra

...

Kepala Ezra mungkin akan benjol jika Ezra tidak cepat menghindar. Jangan tanya siapa pelaku dan apa penyebabnya, jelas dia adalah gadis kesayangannya yang sampai saat ini tidak bisa menjadi miliknya.

Tapi tidak apa-apa, Ezra harus lebih sabar lagi, kan? Karena kesabaran selalu berbuah manis.

"Sialan!" amuk Ciara sekali lagi sembari terus melemparkan bantal yang ada di atas kasurnya, masih tidak puas meskipun botol minum yang Nita yang tertinggal sebulan yang lalu sudah melayang ke kepala Ezra, "bener-bener nyebelin! Lo kenapa ngeselin parah, sih, Zra?! GUE SEBEL SAMA LO!"

"Cantik,"

"Diem lo!"

"Ini kepala aku sakit, diobatin dulu gitu baru ngomel. Sakit banget ini," Ciara yang nampak mereda membuat Ezra berani melangkah mendekat kasur sembari memeluk semua bantal yang sudah ia kutip dari lantai. Meletakkannya setumpuk di ujung kasur, Ezra beringsut mendekati gadis kesayangannya. "Lagian aku cuma akting, kok, tadi. Itu emang resep dari aku, tapi bang Andi yang buatin, aku takut salah buat soalnya."

Ucapan Ezra berhasil menarik perhatian Ciara. "Apa?"

"Ini. Obatin dulu, Cantik. Sakit." Merengek adalah jurus andalan Ezra yang paling jitu. Bukannya bermaksud memanfaatkan keadaan, tapi ketus-ketus begini, Ciara ini aslinya tidak tegaan. Gadisnya ini selalu saja mudah merasa iba dan kasihan terhadap orang-orang, terlebih orang yang dikenalnya.

Ezra memajukan kepalanya saja ke arah Ciara, menunjuk kepalanya yang terkena lemparan meski tidak sakit sama sekali, hanya pemanis agar Ciara berhenti marah-marah. "Tiupin coba, atau cium gitu biar enakan,"

Pukulan telak mendarat di bahu tegap Ezra, "Mana ada sakit yang kalo dicium langsung sembuh. Mau nipu-nipu gue?!"

Ezra merengut pura-pura sedih, menatap Ciara lurus tidak lupa dengan lekukan di alis tanda dia sedang sedih. "Jahat banget, sih, kamu. Maksud aku 'tuh, dikecup aja gitu, ya 'kan barangkali sembuh? Apa salahnya nyoba sih, Cantik?"

"Jangan banyak ngomong!" Ciara menepuk bibir Ezra gemas lalu menarik rambut Ezra kasar, hingga dengan paksa kepala Ezra dibawa mendekat dan, "Sini!" kecupan itu pun mendarat hangat.

Ezra mendadak bungkam. Denyutan karena rambut yang ditarik paksa mendadak tidak terasa apa-apa. Deg, deg, deg.

Entah kenapa saat ini Ezra bisa merasakan darahnya berdesir, dia bahkan bisa merasakan jantungnya yang memompa jor-joran seperti baru mencetak skor dari garis three point dan memenangkan pertandingan. Well, kecupan singkat Ciara ternyata benar-benar merusak sistem kerja jantungnya.

"Udah!" Nah, kan, gemesin banget. Ezra mengulas senyuman paling manis versinya hingga Ciara dibuat buang muka.

Ezra mengangguk. "Gitu dong, yang nurut gitu sama aku, biar kita cepet akurnya." Cengengesan sambil duduk tegap guna menetralisir degub jantungnya, Ezra tersenyum sembari melanjutkan, "Kamu nggak bosan apa ribut sama aku terus?"

"Ya udah, sana lo keluar!"

"Ih? Ngapain? Lagi mau sama kamu," tolaknya pelan sembari menarik satu bantal dan mendaratkan kepalanya di sana, mencari titik nyaman, lalu menatap Ciara hangat. "Kamu apa nggak mau temanan sama aku gitu, Ra?"

Ra?

"Eh, bukan gitu," Ciara tercekat, mendadak tidak nyaman dengan Ezra yang menyebut namanya. Mana panggilan 'Cantik' yang selalu pemuda itu sematkan untuknya? Kenapa mendadak pakai nama begitu?

SIBLING'SDonde viven las historias. Descúbrelo ahora