33. Rencana Malam Minggu

2.8K 204 14
                                    

Wah, nggak sabar gue ngajakin Kashi kawin biar punya debay juga, tapi masih kelas 2 SMA. Apa gue hamilin aja kali ya?
-Gava

***

"LO diem-diem kek tadi karna lagi galau?"

Ciara mendelik tak terima. "Kagak ih!" katanya menepuk lengan sang abang.

"Jadi?"

"Urusan cewek!" semprotnya galak.

"Pms lo, Dek?" Jonathan seketika panik.

Berbeda dengan keempat abangnya yang hanya menatap lega. Ternyata bukan perihal laki-laki, toh. Jonathan langsung duduk menghadap adiknya, mengusap rambutnya sayang, lantas berkata. "Udah minum air hangat? Perlu gue pijitin?"

"Dih, si Nathan apa banget dah? Sok iye, lu!" Sorak Gavin dari samping Raffano.

Jonathan tidak peduli. Ia tetap menatap adiknya. "Kenapa sih, Ra?"

"Nggak tau, diare keknya."

"Kok bisa?"

"Makan es krim," cicitnya lesu.

"Ya elah, udah tau nggak bisa makan es krim banyak-banyak masih aja batu! Mules 'kan lo jadinya." Raffano meninbrung pembicaraan. Ia bangkit dan mendekati adiknya. "Jo, ambilin botol kecil di laci yang sono bentar. Ada tulisan diarenya,"

Rama melongo. Ia bahkan tidak tahu jika adiknya tidak bisa makan es krim terlalu banyak. Beruntung, dia beruntung punya adik yang paham akan semua tentang adik perempuannya. Itu lebih baik daripada tidak sama sekali, kan?

Jonathan bangkit, berjalan menuju sebuah nakas lalu membuka laci. Sembari mencari obat, Andi bangkit dan keluar. Rama yang melihat Andi keluar pun ikut keluar.

"Abang ke kamar ngga apa-apa 'kan, Ra?"

Ciara mengangguk. "Udah ada Bang Ano sama Bang Jo kok, Bang."

"Ya udah, cepet sembuh ya, Putri Kecil." Kemudian Rama mengecup kening sang adik tulus.

"Nemu!" Sorak Jonathan ketika menemukan obat yang ia cari.

"Ini minumnya," itu suara Andi. Ia datang dengan gelas di tangan.

Betapa hangatnya situasi ini. Gavin yang menjadi penonton pun ikut tersenyum lembut. "Ngga salah gue gedein lo-lo semua, berguna juga ternyata." kekehnya kemudian yang dibalas sorakan tak terima dari Jonathan.

Gavin lega bukan main. Saat ia sempat merasa cemas karena dirinya tak lagi bisa selalu ada untuk menjaga si bungsu, ternyata ada adik-adiknya yang lain--yang siap menggantikan posisinya. Ia bersyukur lagi pada Tuhan. Adiknya sudah menjadi abang-abang yang baik sekarang.

"Tidur, Ra, Abang temenin," usapan hangat pada kepalanya membuat Ciara melemparkan senyuman manisnya pada Andi. Pria itu duduk di tampat Rama tadi, bersandar pada headboard dan mengelus-elus kepala adiknya lembut.

"Gue ada janji sih sama temen-temen gue, tapi tiba-tiba males setelah liat lo gini. Nemenin bobo aja dah gue, lebih sehat!" Jonathan mendorong Raffano menjauh dan kembali mengambil posisi tidur sembari memeluk adiknya.

"Nyampah banget lo, ah!" Sorak Raffano keki. "hilang pantat hilang tempat, Monyet! Awas lo!"

"Gue tadi ngambilin obat juga karna lo suruh, Bangke! Minggir lo!" bantah Jonathan saat kakinya ditarik-tarik oleh Raffano.

"Ya udah, artinya lo udah kehilangan tempat!"

"Berisik lo, Bang! Ciara mau tidur nih," tolak Jonathan lagi.

SIBLING'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang