Emosi memang sudah reda, namun terganti dengan nafsu aneh yang tak terkendali. Nafsu yang tidak bisa disalurkan pada pelacur lain. Hanya gadis itu yang dia inginkan untuk menuntaskan nafsunya. Dia ingin gadis itu jadi budak seksnya. Lucas sempat frustasi mendapati gadis itu tidak lagi di tempat terakhir kali Lucas melihatnya.

Jangan panggil dia Lucas jika tidak bisa menemukan gadis itu. Tak perlu menunggu sampai matahari terbenam untuk mengetahui gadis itu berada dalam keluarga Wijaya. Kali ini si gadis berhasil menjerat hati Fatih Wijaya, pemuda yatim piatu yang sedang menata hidup pasca kehilangan seluruh anggota keluarga dalam kecelakaan di jalan tol. Lucas benci melihat pemuda itu memperlakukan si gadis yang sudah ia kotori bagai putri raja yang terhormat. Lucas juga semakin benci gadis itu karena yakin ia memang tak beda dengan pelacur yang mengincar harta para pria.

Lucas berhasil mendapatkan gadis itu setelah mengirim Fatih ke akhirat, menjadikan gadis itu sebagai pelampiasan. Dia senang memberi siksaan pada gadis itu, setiap jerit kesakitan yang keluar dari bibir mungil itu selalu membuat Lucas tak henti menyentuh gadis itu, baik dengan tangan kosong atau dengan benda lain. Berkali-kali gadis itu mencoba untuk kabur, berkali-kali pula Lucas menangkap dan memberi gadis itu pelajaran bahwa ia tak lebih dari sekedar benda pemuas nafsu.

Perlahan Lucas mulai bosan dengan semua percobaan melarikan diri yang dilakukan gadis itu. Lucas memutuskan untuk melempar gadis itu ke club malam di luar negeri saat kabur untuk ke sekian kalinya. Namun ia mengurungkan niatnya saat seorang pria tertarik untu membeli gadis itu. Lucas mengenal benar betapa brengseknya pria itu, pria yang anehnya sangat akrab dengan kakaknya yang selalu dingin pada wanita. Desna Kujaku.

Lucas menghentikan mobil setibanya di villa yang ia diami sebulan ini. Ketika memasuki rumah, Lucas mendapati kondisi villa begitu sepi. Kewaspadaan segera melingkupinya, ia memegang pistol di tangannya dengan erat. Pria itu melangkah cepat, menempelkan punggungnya ke dinding lalu segera menodong pistol ke arah ruang tamu.

Kosong. Tidak ada siapapun. Seharusnya di sini ada Rafael, pengawal kepercayaannya yang ia suruh pulang lebih dulu sebelum menemui Damian tadi. Lucas melangkah waspada, hidungnya menangkap aroma aneh yang tak biasa di villa ini. Mawar tua.

Langkah Lucas terhenti ketika kakinya menyentuh sesuatu. Ia menunduk dan melompat mundur saat melihat benda yang tergeletak di lantai.

Itu kepala Rafael. Yang terpisah dari tubuhnya yang terbujur tak jauh dari meja makan yang terbalik. Lucas tidak memperdulikan kondisi ruang makan yang sudah berantakan, tatapannya hanya fokus pada kepala Rafael dengan darah yang masih mengucur deras dari bekas tebasan di lehernya.

“Ah, kau sudah datang, ya. Kami baru saja selesai.”

Kepala Lucas mendongak dan mengangkat pistolnya ke arah depan. Sosok itu melangkah ke depan dengan kaki telanjang, rambut merahnya berantakan hingga menutupi sebagian wajah, tangannya memegang pisau berlumuran darah yang Lucas yakin adalah darah Rafael.

“Siapa kau?”

Bibir wanita itu melengkung naik sebelum menyibak rambutnya ke belakang, memperlihatkan wajahnya pada Lucas yang langsung terkejut seketika.

“Kau…”

“Panggil saja aku… Lilith.” Wanita itu melangkah tanpa takut jari Lucas yang siap menekan pelatuk pistolnya. “Aku menginginkanmu.”

Lucas mendengus mendengar ada desah dalam suara wanita itu. Seolah pelacur yang sedang menggoda pelanggannya. “Menginginkanku, huh?”

“Yah, sebenarnya yang kuincar adalah Damian. Tapi… kurasa kau dan Damian sama saja.”

Tangan Lucas meremas kuat pistolnya. Bahkan para musuh pun mengincarnya hanya karena tidak sanggup mendekati Damian. Bibir Lucas menunjukkan senyum sinis pada wanita di depannya.

“Untuk apa kau menginginkan salah satu dari kami?”

Lilith tertawa kecil mendengar nada cemburu dalam suara Lucas. Ia sudah menduga Lucas akan merasakan dirinya tak lebih dari pelarian. “Sayangnya aku tidak bisa memberitahumu.”

Mata Lucas menyipit curiga pada Lilith. Tiba-tiba ia merasakan pandangannya mengabur. Lucas berusaha menguatkan diri, namun tubuhnya tak mau mengikuti perintahnya. Pistol di tangannya terlepas, kakinya lemas hingga tak mampu menahan tubuh tegapnya hingga tersungkur di lantai. Wangi mawar tua seakan mengelilinginya, membuatnya makin tak berdaya.

Ia melihat Lilith melangkah mendekatinya, membalik tubuhnya dan menatapnya mencemooh. “Mencium aroma mawar? Itu racun andalanku, Ardaigh.”

Pisau Lilith menelusuri pipi dan rahang Lucas yang ditumbuhi janggut tipis. “Aku ingin sekali menghujam tubuhmu dengan pisau ini. Kepala yang berisi otak berhargamu, dada yang berisi jantungmu, atau mungkin… pusat gairahmu yang tak henti menyebar benih di rahim para pelacurmu…

“Sayang sekali tubuh ini tidak boleh rusak. Terutama organ dalammu. Sepertinya aku harus puas hanya memberikan beberapa goresan sampai anak buahku datang membawamu.”

Lucas merasakan dinginnya besi itu merobek-robek lengannya. Ia ingin sekali mengelak, namun menjerit pun ia tak sanggup. Tubuhnya terasa lumpuh, membuatnya hanya mampu menerima rasa sakit menyayat itu dengan pasrah.

Sebagai akhir, Lilith menusuk bahunya kuat-kuat hingga tembus. Lucas merasakan suara yang tertahan di tenggorokan menohoknya. Tak mampu menoleh, Lucas hanya mampu melirik pisau yang menghujam bahunya. Sebuah pentagram terbalik menghiasi ujung gagang, lambang pemuja setan. Dan di bawah lambang itu terdapat ukiran wanita telanjang yang tubuhnya dililit oleh ular besar.

Ukiran Lilith, sang iblis wanita.

Hai! Hai! Hai!

Author kembali dengan cerita lanjutan Seroja! XD

Cerita ini bakal lebih dark dari novel sebelumnya. Mungkin bakal lebih sadis (atau mungkin berusaha untuk lebih sadis). Sampulnya Author buat sendiri, sorry rada2 aneh. x3c

Jangan malu-malu untuk vote dan comment. Biar Author makin semangaaaat!!

When The Darkness Calling BackWhere stories live. Discover now