bagian 45 : Dont [end]...

6K 276 192
                                    

Playlist : come to this-Natalie Taylor

It's Ok I Love You

🍁

🍁

🍁

~Perlahan cahaya benar-benar tertelan kegelapan, seketika itu juga segalanya lebur, dan hancur bersamanya~

****

Entah sudah berapa hari berlalu, dan saat itu pula mata yang biasa tajam memandang dan membius lawan jenis itu berubah kuyu, layu dan tak ber-energi.

Bahkan. Ini bukan beberapa hari lagi, sebulan, yah sebulan lebih sudah satu-satunya yang menjadi penyemangatnya itu tak kunjung membuka kelopak matanya.

Lingkaran hitam di matanya sungguh tak bisa menyembunyikan kelelahan yang diakibatkan tubuh yang kian hari bertambah kurus. Sangat tidak terurus.

Tak pernah sekalipun lelah berkunjung dimana istrinya istirahat, berbaring terus menerus dengan mata terpejam yang enggan terbuka.

Rasanya setiap nafas yang dikeluarkan Iqbaal terasa sangat sesak, terasa sangat berat untuk sekedar berhembus.

Semua keluarganya telah datang. Yah, mana bisa mereka menyembunyikan semuanya dari keluarga mereka, karena kondisi Sasha yang juga tidak menampakkan perubahan.

Si kecil Reynand juga sudah dibopong ke negara ini, dengan serta pengasuhnya, juga Steffi yang terkadang menemani Rey.

Orang tua Sasha atau Iqbaal juga seminggu sekali mengunjungi mereka hanya untuk menengok Sasha dan juga Reynand.

Baik Bunda Iqbaal atau Mama Sasha sangat ingin juga tinggal di kota yang sama dengan cucu dan anak mereka, agar bisa membantu meringankan beban Iqbaal dan menjaga Reynand.

Namun, Iqbaal menolak. Tidak. Dia tidak ingin merepotkan orang tua dan mertuanya, baik Sasha dan Reynand adalah tanggung jawabnya. Dia tak ingin menjadi lelaki yang semakin tak berguna setelah gagal menjaga wanitanya dari wanita-wanita iblis yang pernah hadir dalam hidupnya.

Ah! Memikirkannya saja seolah membuat Iqbaal selalu murka dan ingin mencabik-cabik kulit mereka, dan sungguh mereka sudah mendapatkan nerakanya sekarang. Neraka yang diciptakan oleh seorang Iqbaal Diafakhri.

Setiap pagi yang dilalui Iqbaal sungguh ingin membuatnya enyah saja dari bumi, tak ada lagi kecupan di seluruh wajahnya, tak ada lagi sapa ramah dari bibir mungil istrinya, tak ada lagi senyum indah dari bibir merekah milik Sasha.

Hatinya meringis, menahan sakit setiap kali jantungnya berdetak, Sasha masih saja terbaring dengan wajah damainya dan luka batin yang menganga.

Iqbaal jatuh, sangat dalam namun enggan berlama untuk duduk, dia berdiri, merangkak ke permukaan, ketika tawa menggemaskan itu mampir ke telinganya, mengajaknya berceloteh dengan bahasa yang tak bisa dipahami.

"Paapapap," Reynand. Satu-satunya yang menjadi alasan Iqbaal masih berjalan, masih tetap berdiri dengan sakit yang mungkin sama halnya dengan yang dialami Sasha.

Hatinya yang remuk, lelah, otaknya yang seakan tumpah dari tempurung kepalanya, seolah hilang entah kemana ketika menyaksikan tawa lucu bayinya.

Seolah memberi air di tengah panasnya gurun pasir. Reynand seperti penyihir yang seolah membius mata Iqbaal untuk tetap tenang, bertahan.

Bayi mungil itu sedang ditemani oleh Bastian dan Steffi, bermain dengan riang dalam pangkuan Steffi, sesekali mengoceh dan mengembungkan pipinya, yang pasti membuat siapapun akan gemas dan ingin memakan pipi gembul kemerahan itu.
"Aish, udah gede ya ponakan onty hm, kangen nggak nih sama onty dan uncle Babas," monolog Steffi pada Reynand.

It's Ok, I love You ✅Where stories live. Discover now