bagian 3 : Luka?

16.6K 554 13
                                    

🌵

🌵

🌵

-ini bukan hanya tentang kamu, ini juga tentangku yang sudah jatuh kepadamu, maka biarkanlah seperti ini-

****

Cup!

Cup!

Cup!

"Nghhhhh.....", lenguh Sasha kala Iqbaal terus saja mencium lehernya dan menggigit pelan.

"Iqbaal hentikan, kamu mengganggu tidurku, ini masih jam tiga pagi, tidurlah lagi", gerutu Sasha dengan mata terpejam.

Iqbaal terus saja melanjutkan aksinya dan tidak mempedulikan omongan Sasha.

Dengan berat Sasha membuka matanya, memegang kepala Iqbaal dan menariknya pelan agar terlepas dari tengkuknya.

Hubungan keduanya memang sangat baik sejak kejadian Iqbaal sakit seminggu yang lalu dan mereka memutuskan untuk tidur bersama dikamar Iqbaal yang memang kamar tidur utama untuk mereka berdua. Dan bahkan kamar tersebut sudah di design ulang untuk mereka berdua tempati, kini tampak lebih indah dan elegan. Dengan warna biru laut yang indah sebagai warna utamanya.

Entah bagaimana semuanya bermula, mereka hanya mencoba bangkit, menerima satu sama lain. Merasakan perasaan damai itu tumbuh setiap harinya ketika berdekatan. Tak menolak apapun yang telah terjadi.

Dan perasaan itu terus tumbuh, setiap harinya. Mengalir dengan indah, tak menolak kontak fisik satu sama lain, menjalani hari baru yang lebih intim, lebih hangat dan terasa bergairah.

Iqbaal, dia memahami istrinya. Dia tau apa penyebab istrinya trauma, tentu karena Salsa yang bercerita dan kemudian Iqbaal sendiri bertanya kepada Sasha. Berat, tapi Sasha berusaha untuk menceritakan semuanya kepada suaminya. Mencoba percaya bahwa Iqbaal akan bisa menjaganya lebih baik.

Tetapi Iqbaal belum menceritakan apapun kepada Sasha tentang traumanya, tentang masa lalunya. Sasha tidak pernah menuntut dan bertanya. Karena dia sendiri tau kadang tidak perlu menceritakan apapun jika hanya akan membuat luka. Sasha hanya yakin bahwa Iqbaal belum siap dan suatu saat akan menceritakannya.

Mereka hanya sekedar tidur seranjang, mencium dan saling berpelukan, tidak lebih, Iqbaal belum melakukannya terlalu jauh. Dia tak mau memaksa Sasha jika memang istrinya itu belum siap. Biarkan saja seperti ini, perlahan Iqbaal yakin Sasha akan membuka dirinya. Menjadi istri seutuhnya untuk Iqbaal, ketika rasa takut dan traumanya hilang.

Iqbaal mengangkat kepalanya dan menatap manik hitam mata Sasha.

"Terimakasih sudah memberiku kesempatan untuk bersamamu, bahkan ketika aku sering mengacuhkanmu dengan sabar kamu tetap disampingku. Terimakasih untuk hidupku yang telah kembali karenamu", kata Iqbaal lembut sambil menatap mata Sasha.

Sasha tersenyum lembut, banyak yang berubah dari Iqbaal. Jika dulu dia adalah suami yang acuh dan dingin, beda dengan Iqbaal yang sekarang. Dia menjadi banyak bicara, banyak menggombal dan posesif.

"Gapapa Baal, udah tugas. Tidur lagi yuk, masih petang", Sasha merangkul Iqbaal dan membenamkan kepalanya pada dada bidang suaminya, memejamkan mata karena memang dirinya masih sangat mengantuk.

Iqbaal tersenyum, melihat Sasha meringkuk dalam dekapannya membuat perasaanya selalu diliputi rasa bahagia. Dia balas memeluk Sasha, mencium puncuk kepala istrinya itu kemudian ikut terlelap.

****
"Bersiap-siaplah kita akan lari pagi hari ini", perintah Iqbaal pada Sasha.

Iya, ini memang hari minggu dan Iqbaal berniat mengajak Sasha untuk joging.

It's Ok, I love You ✅Where stories live. Discover now