SnT | Chapter 44 - A Deal

Start from the beginning
                                    

Kedua mata Rafael berkaca-kaca. Dia masih berharap jika wanita itu akan menarik keputusannya. "Vic, please..."

"Rafael, berhenti! Untuk apa kamu terus memohon padaku? Sudah ada Ms. Tyson yang berada di sisimu, she's perfect. Dia adalah calon menantu yang diidamkan oleh Gordon Derizcon dan bukankah dia juga adalah kesayanganmu?"

Kedua mata Rafael membulat. Dia segera menggeleng. "I need you. Dan kamu sangat tahu akan hal itu, bukan?"

Vic menghela napas kasar, lalu membuang muka. Dia tidak mau menatap Rafael lagi. Dia tidak tahan dengan sikap keras kepala pria itu. Rafael terlalu keukeh.

"Pergi dari sini. Aku ingin istirahat."

"Vic..."

"Apa kamu tidak bisa mendengar?" tanya Vic dingin. "Pergi kataku!"

"Vic, kamu tidak perlu bersikap menyebalkan seperti ini," tegur Ruby. Dia segera mendekati Rafael. "Sebaiknya kita pergi sekarang. Biarkan dia merenungkan semuanya."

Rafael menggeleng. Dia berusaha meraih tangan Vic, namun wanita itu langsung menarik tangannya. Menatap Rafael penuh permusuhan. Rafael menyerah. Hatinya terluka saat melihat tatapan itu. Tidak ada lagi tatapan hangat dari wanita itu. Victoria yang ada di hadapannya bukan lagi Victoria-nya.

Rafael kemudian membalikkan badan dan berjalan menuju pintu. Diikuti oleh Ruby dari belakang. Dia bahkan tidak menoleh ke belakang untuk memastikan jika Vic benar-benar ingin dia pergi. Langkah kakinya terasa berat, namun Rafael tetap melangkah keluar dari ruang inap. Hingga dia mendengar suara pintu tertutup dari balik punggungnya.

"R, jangan terlalu dipikirkan. Aku yakin Victoria akan kembali padamu. Dia akan menyesal telah menyakitimu."

"Cukup, Ruby!" bentak Rafael. "Jangan katakan apa pun lagi yang dapat memperkeruh suasana."

"Tapi"

"Tetap kerjakan tugasmu untuk membebaskan Vic dari tuduhan," potong Rafael, lalu meninggalkan Ruby sendirian.

Flashback off.

Ponsel Rafael berdering. Dengan malas dia mengeluarkan benda pipih itu dari saku celananya dan langsung mengangkat teleponnya tanpa melihat siapa yang menelepon.

"Halo..."

"Tuan, gawat!"

Rafael mengernyit saat mendengar nada panik dari suara Charlie. Tidak biasanya pria itu bersikap berlebihan.

"Langsung ke intinya saja," ucap Rafael datar.

"Nona menyerahkan diri pada polisi."

"Apa?!" Kedua mata Rafael membulat. Napasnya memburu.

"Astaga! Sebenarnya apa yang dipikirkan olehnya?" ucap Rafael frustasi.

"Kami sudah menahannya, tetapi dia tetap bersikeras. Kami tidak berani bertindak jauh yang mungkin bisa menyakitinya, sehingga Brien dan yang lainnya membiarkan Nona Victoria menemui polisi."

"Lalu, di mana dia sekarang? Apa mereka sudah membawanya?" tanya Rafael tak sabar.

"Mereka baru saja berangkat ke kantor polisi."

"Shit!" umpat Rafael. Dia mengacak rambutnya dengan sebelah tangan.

"Apa saya perlu menghubungi Nona Ruby sekarang?"

"Tidak perlu," jawab Rafael cepat. "Aku akan ke rumah sakit untuk berbicara pada Eugene. Pria itu harus bertanggung jawab."

Setelah mengucapkan itu, dia memutuskan teleponnya secara sepihak dan melempar ponselnya ke kursi penumpang. Rafael langsung menyalakan mobil dan mengemudi dengan kecepatan diatas rata-rata. Rafael bahkan tidak memedulikan bunyi klakson yang dilemparkan orang-orang di jalan.

Suit and Tie | ✅Where stories live. Discover now