SnT | Chapter 32 - Hidden things

7.8K 362 18
                                    

Hello semuanya...

Maaf ya baru sempat update. Btw, hari ini tepat 1 bulan dari tanggal terakhir update.

Jadi, sebenarnya dari seminggu yang lalu aku sudah bisa publish chapter ini, tapi aku tunda sampai hari ini biar tepat 1 bulan.

Masih adakah yang menunggu SnT update di sini???

Pokoknya jangan lupa untuk vote sebelum baca, ya.

Happy Reading...

______________________________________

Vic menghentakkan kakinya. "Ini sungguh tidak adil, Rafael!"

"Memangnya ada yang adil di dunia ini?" balas Rafael tajam.

Vic menelan salivanya susah payah. Dia memalingkan wajahnya saat pria itu menatapnya tajam.

"Aku tidak mau lagi mendengar bantahan. Jadi, silakan duduk di mejamu."

Dengan malas Vic berjalan menuju meja kerjanya yang tepat berada di sebrang meja pria itu. Rasa menyesal seketika menghampirinya. Jika tahu akan seperti ini, lebih baik Vic tidak peduli pada pria itu sebelumnya.

👔👔👔

Vic mendengus kesal, menatapi tumpukan file yang ada di atas meja tanpa minat. Kedua tangannya dilipat di atas meja, lalu menatap lurus ke luar jendela. Vic menghela napas kasar, mulai merasa bosan. Dia kemudian menyalakan komputer dan memeriksa file-file penting yang diserahkan Charlie tadi.

Perusahaan Rafael bergerak di bidang teknologi, real estate, dan juga export-import, maka tidak heran jika pria itu memiliki cukup banyak anak perusahaan di setiap negara.

Suara pintu terbuka membuat Vic refleks berdiri dan memandang ke arah pintu. Keningnya berkerut kala melihat seorang pria paruh baya bersetelan resmi memasuki ruang kerja Rafael.

Pria paruh baya itu walaupun sudah berumur, namun masih memancarkan kebugaran, seperti anak muda pada umumnya. Rahang yang kokoh, rambut yang belum memutih sedikit pun, serta postur tubuh yang masih tegap, benar-benar dapat menipu wanita-wanita diluar sana. Dari tatapan matanya, Vic juga dapat melihat pancaran sosok yang lembut, namun juga berkarakter keras dalam satu waktu.

"Maaf, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Vic sopan.

"Siapa kamu? Sedang apa kamu di ruangan putra saya?"

Vic meneguk salivanya saat mendengar pertanyaan itu. "Saya sekretaris baru Mr. Derizcon."

"Di mana dia sekarang?" tanya pria itu dengan suara beratnya. Dia lantas berjalan menuju meja kerja Rafael dan duduk di kursi kebesarannya.

Vic berdecak dalam hati. Setiap langkah pria paruh baya itu tampak berwibawa, sama percis dengan putranya itu. Vic buru-buru menepis pemikiran tidak penting itu dan menghampiri Ayah Rafael. Berdiri menghadap pria paruh baya itu dengan dibatasi oleh meja kerja.

"Mr. Derizcon tengah menemui klien bersama Mr. Charlie. Jika Tuan membutuhkan sesuatu, Tuan bisa mengatakannya pada saya."

Suit and Tie | ✅Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora