SnT | Chapter 1 - Damn!

22.1K 1K 11
                                    

Happy Reading...

Jangan lupa untuk klik ⭐ yang ada disudut kiri bawah. Kelihatan kan??? Hehehe....

______________________________________

Restaurant Le Meurice Alain Ducasse, Paris—Prancis. 10:16 AM

Hari ini semua karyawan Le Meurice disibukkan oleh kedatangan seorang pengusaha muda yang namanya baru saja terdaftar dalam Forbes dengan urutan kelima

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Hari ini semua karyawan Le Meurice disibukkan oleh kedatangan seorang pengusaha muda yang namanya baru saja terdaftar dalam Forbes dengan urutan kelima. Derizcon Enterprise mereservasi satu restoran penuh dan mengundang semua karyawannya untuk makan siang bersama sebagai bentuk perayaan atas kejayaan Direktur mereka.

Restaurant Le Meurice Alain Ducasse merupakan salah satu restoran hidangan kelas atas yang ada di Perancis dan mendapatkan peringkat 4,5. Restoran ini selalu direkomendasikan kepada para turis yang berlibur ke kota Paris walaupun harus bersaing dengan beberapa restoran terkemuka seperti Restaurant Guy Savoy dan juga Restaurant Lasserre. Jadi, tidak heran jika kini semuanya tengah sibuk menyiapkan restoran, mulai dari makanan, hiasan, peralatan dan juga bagian penata musik.

Seorang gadis cantik tengah sibuk menata beberapa piring diatas meja berbentuk bundar yang ada di Le Meurice. Dia bersenandung kecil sembari memperhatikan apakah jarak disetiap piringnya telah sempurna atau belum. Manajer Le Meurice ini adalah tipe Melankolis. Segala sesuatu haruslah sempurna, bahkan terkadang jarak kedekatan antara meja dan kursi juga dipermasalahkan. Namun, hal inilah yang membuat Le Meurice mendapatkan peringkatnya dan tentu semua ini berkat kerjasama semuanya.

"Vic!"

Gadis itu menghentikan gerakannya yang tengah mengelap gelas saat seseorang menyuarakan namanya.

"Vic!"

"Iya!"

Gadis yang dipanggil 'Vic' itu meletakkan gelasnya diatas meja beserta kain lap-nya. Dia bergegas menuju dapur dan terlihat manajernya tengah berkacak pinggang.

"Dari mana saja kamu?! Apa telingamu tidak dapat berfungsi lagi hingga aku harus memanggilmu sebanyak dua kali?!"

"Maaf, Madame. Tadi saya tengah menata gelas-gelas dan—" (Nyonya; panggilan untuk wanita yang telah menikah.)

Vic tidak jadi meneruskan kalimatnya dikarenakan Mrs. Lincon—Sang Manajer—berjalan melewatinya menuju meja tempat terakhir Vic meletakkan peralatannya.

"Apa-apaan ini!" Suara Mrs. Lincon menggelegar dan membuat semua pelayan yang berada disekitarnya bergidik.

"Kau! Berani sekali kau meletakkan kain bekas itu diatas meja. Apa kau tidak lihat jika bakteri di kain itu telah melekat pada taplak putih ini?! Di mana otakmu, hah?!"

Vic mengerutkan keningnya lalu berjalan mendekat dan memeriksa taplak meja yang ditunjuk oleh Manajernya. Vic menegakkan diri lalu menatap Mrs. Lincon bingung. "Maaf, Madame. Tapi saya tidak melihat bakteri yang Anda maksud. Taplak ini masih bersih dan—"

"Dasar bodoh!" maki Mrs. Lincon dengan wajah memerah marah. Dia memukul meja dan tanpa sengaja gelas yang ada di tepi meja terjatuh dan pecah.

Prangggg....

Semua orang yang ada di sana menahan napasnya beberapa detik, lalu mengalihkan pandangan dan pura-pura sibuk bekerja.

Mrs. Lincon memijat keningnya lalu menatap Vic tajam. "Kau! Bersihkan pecahan gelas itu. Jangan sampai tamu kita menginjaknya nanti!"

Vic mengangguk lalu segera berlari ke belakang untuk mengambil sapu.

Mrs. Lincon memandang ke sekelilingnya sebelum melangkah menuju ruangannya.

Vic bergegas membersihkan pecahan kaca itu dan membuangnya. Dia juga segera mengelap gelas-gelas itu dan menatanya diatas meja.

"Astaga, Vic! Untung saja kamu selamat dari amukan ratu singa itu," ucap Pierre sembari melirik pintu ruang kerja Mrs. Lincon dengan was-was.

"Benar! Kamu berani sekali menjawab Mrs. Lincon tadi," timpal Elaine yang tengah merapikan kursi.

"Aku tidak bermaksud melawan, kawan-kawan. Aku hanya mencoba untuk membela diri," ucap Vic setelah selesai menyelesaikan pekerjaannya.

"Tapi, aku cukup salut padamu, Vic." Ucap Pierre lagi sembari kembali membersihkan jendela.

"Iya, benar. Aku saja tidak akan berani walaupun aku tidak bersalah. Aku masih ingin bekerja di sini," sahut Elaine.

"E, untuk apa kamu takut? Walaupun kita hanyalah seorang waiter tapi, kita tidak boleh ditindas. Kita punya hak di sini untuk membela diri jika kita memang tidak bersalah," sahut Vic dengan cepat.

"Betul itu. Seperti halnya jika kita dimasukkan ke dalam penjara karena tuduhan mencuri, padahal kita tidak melakukannya. Apa kamu mau pasrah saja mendekam di dalam penjara, E?"

"Betul itu apa kata Pierre," ucap Vic sambil tersenyum sumringah.

Elaine yang mendapatkan nasehat dari teman-temannya hanya dapat mengangguk dan melanjutkan pekerjaannya.

👔👔👔

Satu persatu orang mulai berdatangan dan memilih tempat duduk masing-masing. Mereka merupakan orang-orang yang bekerja di RV Evolution—cabang dari Derizcon Enterprise. Namun, hingga saat ini orang yang ditunggu-tunggu belum juga menampakkan batang hidungnya, padahal jam makan siang hampir usai.

"Apa dia tidak jadi datang?" tanya Vic dengan suara berbisik.

"Aku juga tidak tahu," ucap Elaine dengan acuh tak acuh.

Vic semakin tidak sabaran karena kakinya telah pegal akibat berdiri terlalu lama di depan pintu hanya karena diperintahkan oleh Mrs. Lincon untuk menyambut kedatangan dari Rafael Derizcon selaku President of Derizcon Enterprise.

"Oh, Lord! Aku bisa mati kepanasan jika terus seperti ini," gerutu Vic sambil menghentak-hentakkan kakinya.

"Ini ambillah," ucap Pierre sembari memberikan sapu tangannya.

"Merci...." (Terima kasih....)

Vic menerimanya lalu mengelap keringatnya dengan sapu tangan itu. Hari semakin panas dan Vic semakin menggerutu. Tanpa sengaja Vic melempar sapu tangan itu dan....

"Damn! Siapa yang berani melempar ini?!"

Suara itu membuat Vic menelan ludahnya susah payah dan berusaha untuk menegakkan kepalanya. Napasnya tercekat kala melihat sapu tangan milik Pierre kini hinggap di wajah seseorang.

Pria itu menurunkan sapu tangan itu lalu menggenggamnya erat. Kini mata tajamnya menatap ke arah Vic karena hanya Vic-lah satu-satunya orang yang berada di sana.

"Kau-" Ucapan pria itu terpotong karena Vic yang buru-buru membekap mulutnya.

"Please.... Jangan berteriak! Bisa-bisa Mrs. Lincon mendengarnya dan aku akan terkena masalah besar," ucap Vic sembari memejamkan matanya karena takut.

TBC

Suit and Tie | ✅حيث تعيش القصص. اكتشف الآن