SnT | Chapter 20 - I really want to have her

10.4K 459 10
                                    

Hola, guys...

Aku kembali lagi bersama SnT. Masih pada tungguin SnT update, kan?

Btw, aku mau challenge diri aku sendiri buat update 1x seminggu.

Gimana kalau gagal???

Kalian maunya apa? Menurut kalian bagaimana? Pada setuju gak kalau misalnya SnT update 1x seminggu???

Comment di bawah ya, guys...

Kalau ada 50 orang yang setuju, aku akan mulai challenge-nya. Jangan lupa juga untuk klik bintang kecilnya yang ada di pojok bawah bagian kiri, ya.

Happy Reading...

______________________________________

Rafael menuang anggur ke dalam gelas, lalu meneguknya lagi. Hanya menatap wanita itu dari layar ponsel saja sudah cukup memuaskan kerinduan pria itu. Rafael tersenyum saat melihat Vic memasak sembari bersenandung. Wanita itu tampak menikmati hidupnya, tak seperti ketika dia tinggal didekat Rafael.

Rafael menggeram marah saat mengingat jika Vic tidak nyaman berada didekatnya, tetapi wanitanya dengan mudah dekat dengan seorang pria asing. Tanpa sadar tangannya terangkat dan gelas tak bersalah itu terlempar hingga hancur berkeping-keping.

Kedua mata Rafael memerah. Dia bahkan menggertakkan giginya, berusaha menahan amarahnya yang meluap-luap, atau lebih tepatnya rasa cemburu yang berlebihan.

"Aku akan menjauhkanmu dari pria itu, Vic. Tidak ada seorang pun yang boleh berdekatan atau menyentuhmu. Tidak ada seorang pun yang berhak mengusik milikku," gumamnya penuh penekanan.

👔👔👔

Vic menatap pintu flat Pierre dengan perasaan gelisah. Tidak! Dia bukan gelisah karena Pierre, melainkan karena dirinya sendiri. Sejak semalam Vic tidak dapat tidur dengan tenang. Dia selalu memikirkan cara untuk mendapatkan pekerjaan secepatnya, karena Vic tahu bahwa ini tidaklah mudah. Sampai detik ini dia masih tidak tahu siapa yang telah memberikan protokol kepada orang-orang untuk melarangnya bekerja.

Vic menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Dia tahu jika seharusnya dia tidak merepotkan Pierre, tetapi dia tidak punya pilihan lain lagi. Vic menekan bel flat Pierre sebanyak tiga kali dan menunggu pria itu membuka pintu.

Pintu terbuka setengah, namun hal itu sudah mampu membuat Vic gugup setengah mati. Bagaimana tidak? Pierre kini tengah berdiri dihadapannya dengan keadaan setengah telanjang. Pria itu sepertinya baru selesai mandi. Terlihat dari handuk putih yang melilit pinggulnya, memperlihatkan lekuk tubuh dan otot pria itu dan jangan lupakan tetesan-tetesan air yang membasahi bahu bidangnya.

Itu semua membuat Vic meneguk salivanya susah payah. Vic menundukkan kepalanya, berusaha menghentikan matanya yang ingin terus menatapi pemandangan indah didepan.

"Victoria?"

Vic tersentak dan refleks mendongak. Kedua matanya bertemu dengan manik hijau pria itu.

"Vic?"

"Ah, iya!"

"Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Pierre bingung.

"Aku mau minta bantuan kamu," ucap Vic pelan, tetapi masih dapat didengar oleh Pierre.

"Masuklah," ucap Pierre sambil membuka pintu lebih lebar. "Tidak baik berbicara di luar dengan keadaanku seperti ini."

Suit and Tie | ✅Where stories live. Discover now