SnT | Chapter 35 - Will Never

7.4K 363 18
                                    

SUIT AND TIE COMEBACK!!!

Sebelum mulai membaca, aku mau bagikan sedikit informasi untuk kalian yang suka memerhatikan setiap rentang waktu yang dimuat dalam cerita ini.

Pesawat Eugene take off itu sekitar jam 8:15 pagi dan perjalanan dari New York ke Maladewa itu sekitar 18jam 35menit (informasi dari google). Jadi, kalau menurut waktu New York, pesawat Eugene landing sekitar jam 2:50 pagi (keesokan harinya). Tapi, Maladewa itu lebih cepat 10 jam dari New York, artinya menurut waktu Maladewa, pesawat Eugene landing jam 12:50 siang.

Aku harap kalian mengerti, ya. Pokoknya dipahami saja baik-baik kalau kebingungan. Soalnya aku sudah memakai kalimat yang cukup mudah dipahami (menurut aku).

Happy Reading...

______________________________________

"Untuk tagihan silakan hubungi kemari," ucap Vic sembari menyodorkan sebuah kartu nama kepada chef.

"Baik, Miss."

Setelah itu Vic menarik tangan Rafael, menuntun pria itu untuk keluar dari restoran.

👔👔👔

"Jadi, bagaimana kondisinya, Dok?" tanya Vic cemas setelah dokter selesai memeriksa kondisi Rafael. Bukan dokter pribadi Rafael, melainkan dokter umum yang bertugas di rumah sakit yang tidak jauh dari restoran.

Sementara itu, Rafael sendiri segera turun dari brangkar dan berdiri di belakang Vic yang tengah duduk. Sebelah tangannya terangkat dan meremas pundak kanan Vic pelan.

Dokter itu tidak menjawab, melainkan dia membuka laci mejanya dan menyerahkan sebuah testpack kepada Vic.

Kening Rafael berkerut saat melihat benda itu, sedangkan Vic sudah membelalakkan matanya.

"Sa-saya hamil?"

"Ini hanya dugaan sementara, jadi supaya kita sama-sama tahu hasilnya sebaiknya Nyonya memeriksanya," ucap dokter itu.

Remasan Rafael di pundak Vic semakin kuat saat wanita itu hendak berdiri. "Kamu yakin?" tanya Rafael saat Vic menoleh padanya.

"Iya, aku baru ingat jika aku sudah telat."

Rafael menghembuskan napas, lalu menjauhkan tangannya. "Biar aku antar."

Vic mengangguk. Mereka kemudian permisi pada dokter itu dan berjalan menuju toilet.

"Apa tidak sebaiknya kita langsung memeriksakannya ke dokter kandungan?" tanya Rafael.

Vic yang berjalan di depannya tidak menjawab. Wanita itu tetap berjalan lurus ke depan tanpa menoleh padanya. Namun dari gestur tubuhnya, Rafael tahu jika Vic tengah harap-harap cemas akan hasilnya.

"Aku tunggu di sini, ya." Ucap Rafael setelah mereka sampai di depan toilet.

Vic menganggukkan kepalanya, lalu masuk ke dalam toilet.

Tak bisa dipungkiri bahwa sebenarnya dia juga tegang. Rafael merasa jika dia belum siap untuk menjadi seorang Ayah. Namun, ini resiko yang harus dihadapinya karena selalu mengeluarkannya di dalam. Entahlah... Rafael benar-benar bingung sekarang. Apakah dia akan senang jika hasilnya positif? Atau dia justru bersyukur bila hasilnya negatif?

Suit and Tie | ✅حيث تعيش القصص. اكتشف الآن