SnT | Chapter 4 - Calling...

16K 860 8
                                    

Hello guys....

Masih pada semangat nungguin SnT???

Sejauh ini menurut kalian bagaimana alur SnT? Sudah pas, atau masih ada kurangnya? Butuh asupan pendapat nih. Secara aku tuh mikirnya sendirian, gak bisa tanya pendapat. Teman-temanku rata-rata pecinta oppa dan drakor. Jadi, kalo urusan wattpad, pada buntu semua.

Kalo ada yang kurang, mohon dikritik ya guys, mumpung baru part awal. Jadi masih bisa diperbaiki dan diperbagus untuk kedepannya?

Terus author mau tanya nih, kalian pada kesusahan gak sih kalo author tambah-tambahi bahasa prancis didalamnya? Secara author kan buat lokasinya di negara Perancis. Terus author mau info-kan, anggap saja mereka itu bicara dalam bahasa inggris. Hahahaha.... Habisnya ribet juga kalo pake bahasa inggris semua. Udah buat readers kebingungan, ditambah lagi aku tuh gak pande-pande amat soal bahasa inggris. Bahasa Indonesia saja belum bisa bicara dengan benar. Ya ela....

Mohon bantuannya ya guys.... 🙏

Seperti biasa, jangan lupa untuk klik ⭐ yang ada disudut kiri bagian bawah. Author gak akan capek-capek untuk mengingatkan kok. 😅

Udah deh.... Itu saja ya....

Happy Reading!!!

______________________________________

"Tidak! Tidak perlu melakukan itu." Vic semakin bingung dan sedikit mencengkram seatbelt yang dia gunakan. Pikirannya berkecamuk memikirkan apa yang sebenarnya ingin pria itu lakukan.

"Jika kamu belum juga menyebutkan alamat tempat tinggalmu, aku berjanji akan membawamu ke penthouse milikku dan menguncimu didalam kamar berdua denganku," ucap Rafael dengan suara beratnya.

Mata Vic membulat sempurna. Dan tanpa bisa dicegah, Vic langsung menyebutkan alamatnya. Rafael tersenyum miring sebelum membelokkan mobilnya ke arah kiri.

👔👔👔

Mimpi indah Vic terusik lantaran bunyi dering ponsel yang memekakkan telinganya. Satu tangannya terulur untuk menggapai ponselnya yang terletak di atas nakas samping ranjangnya, sementara kedua matanya masih terpejam. Setelah menemukannya, Vic mengangkat panggilan itu tanpa melihat siapa yang menghubunginya pagi-pagi buta.

"Hello, mine." Suara itu membuat mata Vic seketika terbuka lebar. Vic mengucek sedikit matanya dan sempat menguap lebar sebelum memastikan siapa yang tengah menghubunginya.

Nomor asing.

Vic mendekatkan kembali ponsel itu ke telinganya. Mencoba untuk memastikan apakah telinganya masih berfungsi dengan benar ataukah dirinya masih terjebak didalam mimpi.

"Hello, mine. Kamu mendengarku?"

Vic meneguk ludahnya kasar. Dia mencubit tangannya sendiri untuk memastikan apakah ini nyata atau tidak. Vic memekik girang tanpa suara saat merasakan sengatan sakit di lengannya.

"Hai, Eugene. Dari mana saja kamu? Sudah dua tahun lamanya kamu pergi dan tanpa kabar apapun," ucap Vic dengan perasaan was-was.

Suit and Tie | ✅Där berättelser lever. Upptäck nu