Dibuang sayang

333 15 2
                                    

sebenarnya masuk dalam bab menuju pantai selatan. Namun alurnya kurang pas, sehingga di buat alur yg lain.


Ditengah perjalanannya, Dalik dan Khamsu merasakan benturan energi yang kuat beberapa kali. Dalik memberi isyarat untuk menghentikan lari tunggangannya. Keduanya berhenti.

"Kau rasakan itu?" tanya Dalik

"Ya."

Keduanya memperhatikan sekelilingnya untuk mencari keberadaan sumber benturan energi. Sebuah benturan energi terasa lagi.

"Sepertinya di luar alam Kasepen, di alam manusia." jelas Dalik. "Ayo kita lihat." Ajak Dalik sambil turun dari Tumpakkan.

"Baiklah. tapi bukankah kita sedang dikejar waktu." Khamsu menurut ajakan gurunya dan turun dari Tumpakan. Keduanya memasukkan Tumpakan kedalam cincin masing-masing

"Tak apa. Tidak lama. sepertinya sudah dekat dari sini." kata Dalik sambil membuka pintu gaib ke alam manusia dan melangkah kealam tersebut.

Lagi-lagi benturan energi dirasakan oleh Dalik dan Khamsu.

"Nah..nah..." Dalik nampak antusias ketika merasakan benturan energi sambil menunjuk kearah depan. Segera Dalik melompat keatas pohon yang ada didepannya.

"Yakin kita cari sumber energi ini?" Khamsu bertanya sambil memandang jearah gurunya, yang dipandang mengangguk yakin.

"Tapi kekuatannya tidak istimewa."

"Memang, tapi aku merasakan ada aura peri dari salah satu sumber energi yang berbenturan ini. Kaum peri tidak suka beradu kekuatan jika tidak terpaksa." Dalik menjelaskan alasan ia ingin mencari sumber benturan energi. "Ayo." Dalik melompat keatas beberapa pohon lainnya sambil mengajak Khamsu.

Setelah pohon kelima, Dalik dan Khamsu berhenti. Mereka memperhatikan sebuah rumah sederhana sumber benturan energi, tapi disekelilingnya tertutup kabut tebal. Tidak terlihat manusia atau pun makhluk lain yang sedang bertarung, suasana sepi.

"Tembus kabutnya dengan Paninggil." Dalik segera mengaktifkan penglihatan gaib tingkat tinggi, begitu pula Khamsu. Kabut tebal pun tertembus penglihatan sakti mereka. Nampak dua sosok aneh sedang berhadapan. Yang satu seperti manusia tetapi setengah badannya berwarna hijau dan bersisik seperti ulat. Aura ular berwarna hijau kemerahan melingkar disekelilingnya.. Yang satu entah makhluk apa berwarna hitam legam duduk bersila dengan tangan kanan menempel ditanah. Tiba-tiba makhluk hitam terlihat menghentakkan tenaganya dan seketika aura asap hitam bersosok raksasa melesat berlari kencang sambil tangan kanannya siap memukul kearah manusia setengah ular. Simanusia setengah ular pun sudah bersiap menerima serangan makhluk hitam. BUUM! Dua energi besar saling bertumbukkan. Manusia setengah ular terlihat ambruk, sedang makhluk hitam terlihat berdiri sambil memegang sebuah golok dan berjalan menghampiri simanusia setengah ular.

"Cepat kita bantu manusia ular itu!" Ucap Dalik sambil melompat turun dari pohon. Khamsu mengikuti gurunya sambil mengeluarkan keris pusakanya yang patah ditengah.

Makhluk hitam terlihat mengangkat golokmya siap menebas lehet simanusia setengah ular yang tergeletak tak berdays. Dalik dan Khamsu berhasil menerobos kabut tebal tanpa diketahui si makhluk hitam. Ketika golok diayun mengincar leher manusia setengah ular, Khamsu berhasil menahannya dengan keris pusaka yang patah. TRANG! Dalik tak tinggal diam, ia melancarkan tendangan kearah makhluk hitam. BUUKK. Tendangan telak mengenai sasaran membuat makhluk hitam terpental kebelakang.

"Bangsat!!" makhluk hitam nampak emosi, ia terkejut usahanta diganggu.

Dalik membantu mengobati manusia setengah ular yang tertelungkup tak herdaya dengan menyalurkan energi lewat telapak tangan yang ditempelkan kepunggungnya.

"Makhluk hitam itu bagianmu." Ucap Dalik pada Khamsu sambil tetap melakukan pengobatan, Khamsu mengangguk dan melompat kearah makhluk hitam.

Manusia setengah ular yang memperoleh pengobatan berusaha untuk duduk, Dalik membantunya. Setelah duduk selonjor, Dalik pun duduk bersimpuh dibelakangnya sambil melanjutkan pengobannya. Ditengah proses pengobatan, Khamsu tiba-tiba jatuh disamping mereka. Kedua orang pun menengok kearah Khamsu.

"Ada apa?" tanya Dalik sambil memandang Kearah Khamsu yang jatuh terlentang.

"Ketendang.. hehe."

"Sana." Dalik memberi isyarat untuk kembali menyerang.

Segera Khamsu berdiri dan kembali menyerang lawannya.

"Terimakasih atas bantuan tuan berdua." Manusia setengah ular berbicara meski masih lemas. "Siapa tuan berdua, kenapa bersedia menolong saya."

"Kebetulan kami dalam perjalanan kepantai selatan." Dalik menjawab sambil terus menyalurkan energi pengobatan. "Dan kami merasakan energi pertarungan yang melibatkan peri. Karena penasaran tibalah kami berdua disini."

Manusia setengah ular mendengarkan penjelasan sambil manggut-manggut.

"Tetapi tidak ada satupun peri disini." imbuh dalik. "Yang kurasakan, energi peri ternyata berasal dari dirimu. Mengapa kamu memiliki energi peri? saya yakin kamu adalah manusia."

Raut muka manusia setengah ular nampak kaget dengan pertanyaan sipenolong. "Ternyata orang ini tahu tentang bangsa peri." gumamnya dalam hati.

"Mmm n nama Rahman. Saya memang manusia." Manusia setengah ular mengenalkan dirinya sedikit tergagap.

"Apa yang terjadi dengan badanmu, kenapa bisa berwujud setengah ular?"

Rahman terdiam.

Sambil bertanya dan melakukan pengobatan, diam-diam Dalik berusaha memeriksa darimana asal tenaga dalam Rahman sehingga tubuhnya berubah menyerupai ular. Namun usahanya terganjal oleh sebuah energi yang seakan-akan melindungi tubuh Rahman. "Hmm segel air milik peri." gumam Dalik dalam hati. Bisa saja Dalik membongkar energi pelindungnya, namun dikhawatirkan mengganggu proses pengobatan. Sehingga penelusuran dihentikan dan fokus pengobatan.

"Baiklah, saya kira pengobatan sudah cukup." Dalik melepas telapak tangannya dari punggung Rahman. "Tidak mengapa jija kau tak ingin menjawab pertanyaanku.

BUMANDHALA : MENJAGA BUMI (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang