Bab IV. Patah dan Terluka

350 22 0
                                    

"Kapan saya dilatih oleh guru." Khamsu bertanya kepada Dalik, mereka berdua sedang duduk santai disebuah pendopo.

"Belum waktunya, saat ini pelatihanmu masih fokus pada tenaga dalam. Biasakanlah dulu dalam menggunakan tenaga dalam, sebab bila nanti tenaga Padnumayamu sudah normal akan memudahkanmu untuk memanfaatkannya." Jawab Dalik.

"Memangnya perlu berapa lama untuk berlatih tenaga dalam?" Khamsu kembali bertanya, pertanyaan yang pernah ia berikan pada Darji. Bukan tidak percaya pada teman barunya itu, tapi ia butuh penjelasan dari orang yang lebih berpengalaman.

"Kalau hanya sekedar sampai bisa menggunakkan tenaga dalam saja, tidak butuh lama. Tetapi ditempat ini juga dilatih ilmu – ilmu gaib yang memanfaatkan tenaga dalam hingga bisa memaksimalkan kekuatannya. Itu yang memakan waktu lumayan lama. Berlatih disini, rata – rata memerlukan waktu selama dua tahun. Bagi yang berbakat dan memiliki daya tangkap pelatihan yang bagus, bisa lebih cepat dari itu. Begitu pula sebaliknya."

"Lalu apa bedanya Padnumaya dengan tenaga dalam?"

"Aktifkan mata ketigamu. Perhatikan ini." Dalik menengadahkan kedua telapak tangannya, sedangkan Khamsu mengaktifkan mata ketiganya.

"Yang sebelah kiri adalah tenaga dalam." Telapak tangan Dalik mengeluarkan api berwarna merah sebesar nyala api pada obor. "Sekarang perhatikan yang sebelah kanan."

Wuss, muncul kobaran api yang besarnya berkali – kali lipat daripada api yang ada di telapak tangan kiri Dalik dan mengagetkan Khamsu. "Lihat perbandingan ukurannya, yang kanan inilah Padnumaya. Tetapi ingat ini hanya penggambaran perbedaan kekuatan. Pemanfaatan sesungguhnya tergantung oleh pemiliknya. Apakah bisa memaksimalkan atau tidak." Dalik mengepalkan kedua telapak tangannya, kobaran api pun menghilang.

"Wahh perbedaan kekuatan yang sangat jauh sekali." Khamsu terkagum – kagum. "Apakah pusaka Bumandhala juga mempunyai kekuatan yang besar? Sepertinya pusaka tersebut sangat penting." Ujar Khamsu

"Hmm...secara pribadi saya sendiri belum pernah melihat kehebatan pusaka tersebut. Akan tetapi, pancaran tenaganya yang tiba – tiba muncul beberapa waktu lalu sempat membuat ciut nyali ku karena terasa sangat besar, dingin dan tajam. Dan saya yakin, dengan pancaran tenaga seperti itu, pusaka Bumandhala memang memiliki kekuatan yang mengagumkan." Jelas Dalik.

"Kalau senjata tersebut sangat sakti, pembuatnya pasti orang yang berkemampuan luar biasa. Apa guru tahu siapa yang membuat pusaka itu?" Khamsu kembali bertanya.

"Jadi begini, menurut cerita yang saya dapat dari eyang Badranaya. Pusaka tersebut ditempa oleh seorang empu sakti mandraguna bernama empu Nalawala. Dibuat sekitar dua ribu tahun yang lalu. Pada waktu itu sedang terjadi perang besar antara dua kubu bersaudara karena memperebutkan tahta kerajaan. Lima bersaudara yang memiliki hak atas kerajaan tersebut, melawan saudara mereka yang berjumlah seratus karena merebut tahta kerajaan. Maka perang pun terjadi. Kedua belah pihak lalu mengerahkan sekutu dan pasukan yang jumlahnya luar biasa banyak. Ternyata, pihak yang berjumlah seratus itu dibantu oleh makhluk gaib dari alam Tamisra yang dipimpin oleh rajanya bernama Amahkra. Alam Tamisra sendiri merupakan bagian tergelap di alam gaib, dan makhluk – makhluk dari sana memiliki kesaktian yang sangat luar biasa. Pada saat pihak lima bersaudara mulai terdesak, empu Nalawala bersemedi meminta petunjuk dari dewata. Maka disuruhlah empu tersebut untuk membuat sebuah pusaka berwujud keris dan diberi nama Bumandhala. Saat pihak lima bersaudara semakin dalam kondisi kritis, selesailah pembuatan pusaka tersebut. Seorang ksatria sakti diberi kepercayaan untuk menggunakan pusaka Bumandhala dan berhasil mengalahkan pihak lawan. Amahkra yang terluka parah melarikan diri ke alam Tamisra. Untuk mengurung Amahkra, pintu masuk ke alam Tamisra disegel hingga tidak bisa dibuka. Sisa – sisa para Tamisra yang bejumlah ratusan kocar – kacir melarikan diri menyebar keberbagai penjuru bumi karena tidak bisa masuk ke alamnya. Dan mulai saat itu para Tamisra sering melakukan penghasutan kepada orang – orang serakah untuk membuat kekacauan. Sedangkan mereka mencari – cari kesempatan untuk merebut pusaka Bumandhala guna membuka segel pintu ke alam Tamisra." Dalik berhenti bercerita.

BUMANDHALA : MENJAGA BUMI (TAMAT)Место, где живут истории. Откройте их для себя